Kenapa harus takut dengan God Will?
Bukankah kita hidup di dunia sebagai
Khalifa?
Siapa yang menciptakan kita? Allah
Kita hidup untuk siapa? Allah
Lalu kita siapa? Hamba Allah.
Pertanyaan diatas muncul karena ungkapan seorang peserta seminar yang seakan alergi dengan God Will atau bahkan Agama. Ia ingin menegaskan kepada sang pembicara bahwa Agama tidak penting. Yang sayangnya di-iya-kan pula oleh sang pembicara. Saya tergelitik
dengan orang yang alergi dengan God Will, kehendak Tuhan. Saya heran, bukankah
kita diciptakan oleh Tuhan kita untuk kembali padaNya. Jadi kenapa kita harus
takut pada kehendakNya?
Segala yang kita
lakukan di dunia memang idealnya untuk Tuhan. Kita menahan diri untuk tidak
mencontek sementara teman yang lain mencontek, itu karena kita tahu ada Tuhan Yang Maha
Melihat segala apa yang kita lakukan karena itu perbuatan curang.
Kita belajar di
kelas agar kita memiliki banyak wawasan dan teman agar kita bisa menggunakan
wawasan itu untuk kemaslahatan orang banyak. Dengan begitu, Tuhan akan senang
karena kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain. Saya jadi ingat
kata-kata seseorang. "Allah itu ngasih talent buat kamu secara gratis. Nggak
etis rasanya kalau kamu menjualnya dengan transaksional. Sebarlah sebanyak-banyaknya,
tidak akan rugi tapi manfaat besar untukmu."
Tentang Agama
Seorang
pembicara dalam salah satu seminar program ILC Victoria University menjelaskan tentang
Ethics. Ia menjelaskan dengan sangat baik konsep Ethos, Pathos, dan Logos. Yang
ia jelaskan masing-masing. Ethos sebagai values, ethics, credibility. Logos
sebagai relevant evidence dan reasoned argument. Terakhir Pathos sebagai
emotion dan social psychology.
Ia kemudian
menjabarkan ethics dalam leadership politics yang dipaparkan melalui enam
pilar. Liberty, care, fairness, loyalty, authority, dan sanctity.
Setelah seminar
saya menyempatkan diri bertanya kepada pembicara.
Apakah menurut anda agama
penting untuk menjadikan kita orang yang beretika?”
Ia pun
menjelaskan. Ternyata ia tidak menggunakan kata religion, tapi sanctity,
sesuatu yang suci. Ia juga menjelaskan pada awalnya mungkin agama bisa berguna tapi
pada saatnya ia akan mengabaikan agama itu. Dari jawaban itu saya tahu,
bagaimana mereka kurang yakin dengan pentingnya agama. Mungkin saja, ini terjadi karena kekecewaan mereka terhadap sistem agama mereka atau oknum dalam agama mereka di masa lalu. Sayangnya.