Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Satpol PP Kenapa sih??


Assalamualaikum..

BEHHHH..., kalo udah liat berita satpol PP menggusur, atau satpol PP menjaring PKL di TV, pasti Rona gemes. Kenapa? ya, aku gag tau apa memang kerjaannya mukul - mukul orang seperti itu? atau memang mereka dibekali untuk benar - benar gag punya hati ya. Puncaknya ketika Rona melihat berita di TV. Kronologisnya kurang lebih seperti ini:
Ketika itu ada razia satpol PP, tau lah kalo satpol PP udah bertindak, ntar barang dagangan para PKL juga diambil paksa. Udah gitu dirusak lagi. Jadi wajar aja kalo para pedagang kaki lima itu lari terbirit-birit waktu denger ada satpol PP datang. Nah waktu itu ada pedagang bakso gerobak, karna takut dagangannya diambil dan dia gag bisa makan lagi. Pedagang itu langsung lari membawa grobaknya. Karena dia punya anak, tanpa pikir panjang anaknya ditaruh di gerobak itu. Pedagang bakso pastilah panik dengan situasi itu. Satpol PP ngejar-ngejar pedagang bakso. Pedagang bakso itu jatuh kehilangan keseimbangan. Anaknya jatuh tersiram air kuah bakso yang mendidih. Bakso dagangannya tumpah ruah di jalanan.
Waktu ngliat peristiwa itu di TV rasanya terharu banget. Kadang Rona berpikir, emang PKL ngrusak pemandangan ya? Menurutku PKL justru menjadi keunikan atau ciri khas sebuah tempat. Kalo gag mau kotor, harusnya diberi penyuluhan, atau denda bagi yang mengotori, atau bahkan diberi tempat khusus.
Lebih sedih lagi ketika mendengar, anak pedagang bakso itu akhirnya meninggal dunia setelah dirawat beberapa hari do rumah sakit. Innalilahi wainnailaihi rojiun..

Pak SATPOL PP, mungkin bapak tidak bermaksud seperti itu. Tapi tindakan - tindakan itu justru sudah sangat mencoreng citra SATPOL PP. Masa' SATPOL PP identik dengan penggusuran paksa, penghancuran rumah, dan sebagainya. Anehnya tidak sedikit dari para korban itu memiliki surat- surat lengkap serta tidak diberi tahu sebelumnya.
Ya Allah.., semoga kejadian pedagang bakso itu tidak terulang lagi. Cukup terakhir kalinya. Semoga SATPOL PP bisa mengubah citra yang telah terlanjur negatif di mata masyarakat..

Jazakallah
Wassalamualaiakum

Diatas langit masih ada langit ...


Assalamualaikum...

Teman.., ungkapan dalam judul itu memang sering kita denger. Tapi pernah gak kita menyadari hal itu? Ya.., dalam banyak kesempatan aku sering sekali menemukan hal itu? Langsung aja, ini beberapa pengalaman-pengalaman itu:

> Waktu aku ngisi thausiyah di kasongan bantul, Yogyakarta. Seorang anak berpenampilan rocker saya panggil keatas panggung. Singkat cerita, waktu aku nanyain "Cita2nya mau jadi apa?" dia menjawab cepat "Guru!".

Subhanallah.., anak ini bercita-cita menjadi seorang yang mulia. Jarang sekali ada anak seperti itu, paling banter ingin jadi dosen, ya karena gaji dan kesejahteraannya. Aku aja tidak berpikir seperti itu. Hebat! Aku merasa 'kecil' didepannya.

> Ketika aku di pildacil best of the best. Salah satu finalis tereliminasi pertama kali. Dan ketika dia diwawancarai, dia mengucapkan sebuah kalimat yang bikin aku tertegun "Aku gpp kok tereliminasi, lagian kita kan baru menang di dunia, bukan di akhirat, apa yang perlu dibanggain", Ya Allah, sekali lagi anak 7 tahunan itu mbikin aku semakin merasa 'kecil'.

> Ada lagi anak kecil umur 6 tahunan yang subhanallah..pinternya bukan main. Waktu ditanya "Masuk kamar mandi pake kaki apa?" Tentu kita akan jawab, kaki kiri!, tapi dia jawab dengan pede dan keras. "Pake kaki belakang!". Tau maksudnya? coba temen-temen analisis sendiri. Kreatif banget ni anak.

> Waktu aku dan teman-teman berencana mau nonton. Tapi salah satu dari kami gag bisa ikut, dengan alasan "Sory gag bisa, lagi bersih-bersih rumah" hmm, oke, patut dicontoh. *yg merasa jd bagian dr cuplikan ini jgn GR ya, hwahahah*

Beberapa cuplikan pengalaman ini memang tidak ada artinya kalo gag dibarengi sama kesadaran bahwa di atas langit masih ada langit. Mungkin temen2 punya banyak pengalaman semacam ini, Ayo share lewat komen. Semoga kita bisa belajar dari pengalaman itu. Amin..

Wassalam..

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers