Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Eksistensi

Bismillahhirrahmannirrahim..

Berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Mulai dari anak kecil didepan orang tuanya. Caleg yang memperjuangkan dirinya untuk dipilih rakyat. Mahasiswa yang katanya aktivis. Seorang pria di depan perempuan yang dia cinta. Karyawan didepan bos nya. Sampai tukang bakso keliling yang selalu lewat depan rumah. Semuanya butuh eksistensi.


Bagaimana wujudnya? Nah ini nih yang macem-macem. Eksistensi kini bentuknya beragam. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi. Makin memperkaya khazanah ragam cara untuk eksis. Hahaha.

Well, sebelumnya saya mau cerita nih. Suatu saat, saya sedang di dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya bertemu dengan segerombolan pengendara motor. Mereka berjalan beriringan dengan menggunakan baju yang sama. Semuanya dominan hitam. Rata-rata dari mereka adalah kaum Adam. Setelah saya perhatikan atribut dan kaos mereka, saya bisa menyimpulkan bahwa mereka adalah suporter sepak bola. Baru pulang dari mendukung tim favorit mereka tanding ceritanya. Nah, saat berhenti di lampu merah ada beberapa dari mereka yang sengaja membunyikan motor mereka dengan keras. Nge-gas-in motor mereka sampe asap melambung kemana-mana. Udah kayak jaman kampanye pas partai kita masih tiga. Dan mereka merasa bangga. La ini menurut saya adalah bagian dari keinginan untuk eksis itu. Sang pengendara motor menunjukkan eksistensinya dengan nge gas-gas in motornya. Biar orang-orang disekitarnya liat. Iya sih, saya akhirnya melihat, tapi jelas bikin polusi. Polusi suara. Menurut saya, ini bentuk eksistensi yang nggak indah dan nggak menguntungkan sama sekali.

Kalo yang berhubungan sama teknologi informasi, macem-macem bentuknya. Temen-teman pasti udah tau sendiri lah ya. Dari bikin status FB, nge-tweet, path, instagram, BBM, WA, Line, sampe nulis blog seperti saya ini nih, itu semua adalah salah satu cara untuk bisa eksis. Tapi bukannya terus-terusan menceritakan semua yang kita lakukan. Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sayang waktu kita!


Loh jadi eksis itu pengen diliat ya? Ya bisa jadi begitu. Salah apa engga? Tergantung pengen diliatnya untuk apa. Nggak ada salahnya kok, asal tujuannya baik dan jangan sampe kita melupakan yang satu ini. Kita wajib banget eksis sama Dia. Wajib terus meningkatkan eksistensi kita didepan Dia. Siapa Dia? Pencipta kita, pembimbing jalan kita, tempat kita bergantung, Allah SWT. Sekarang mungkin banyak sekali dari kita yang ingin eksis biar ‘diliat’, tapi apa mungkin kita juga ingin eksis didepan Dia? Memang, eksis sama Allah itu nggak mengharuskan orang-orang tau. Seperti contoh kisah Andi. Saat itu Andi sedang berada di toilet umum. Saat berada di depan wastafel ia melihat wastafel yang kotor. Disana tak ada orang sama sekali. Kemudian secara spontan ia mengeluarkan sikat gigi yang ada di kantongnya dan membersihkan wastafel itu dengan sikatnya hingga bersih. Setelah itu ia keluar toilet dengan senyum tersungging dari wajahnya.

Kenapa Andi mau melakukan itu? Jawabannya adalah karena Andi yakin Allah akan memberi pahala saat melihat perbuatannya. Jadi Andi sedang caper alias cari perhatian di depan Allah! Boleh? Boleh pake banget! :D

Eksistensi kita sama Allah lah yang utama. Coba kalo eksis didepan manusia, nggak akan ada habisnya. Saya jadi ingat istilah Bunda Tatty Elmir, pahlawan di jalan sunyi. Nah pahlawan di jalan sunyi ini menurut saya adalah orang yang eksisnya luar biasa didepan Allah. Mereka tulus memberi manfaat pada orang-orang disekitarnya tanpa ingin diketahui orang banyak.

Ya, berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Utamanya, untuk kehidupan kekal nanti. Eksistensi kita di depan Yang Maha. 


*mostly dedicated to me and, you, the readers. :) 
**Ps: Ramadhan sudah didepan mata, pantasin diri dulu buat menyambut si dia (baca: Ramadhan)

Masjid di Wellington

Kilbirnie Islamic Center

Salah satu tempat wajib dikunjungi jika pergi ke suatu tempat adalah masjidnya! Ya, saya selalu mewajibkan masjid sebagai list kunjungan jika saya sedang visit di suatu tempat, termasuk Wellington. Berbekal informasi dari Mbak Ika dan Bu Leo, dosen saya, saya berniat untuk mengunjungi Kilbirnie Islamic Center, masjid disana.

Saya pergi bersama Saras dan Thalita, sesama delegasi Indonesia dari Paramadina. Menggunakan bis, kami menuju kawasan Kilbirnie. Sebenarnya kami sendiri tidak tahu persis dimana tepatnya. Tapi setelah di kanan-kiri melihat tulisan-tulisan Kilbirnie, kami memencet tombol untuk berhenti. Turunlah kami di kawasan itu.

Dan, ternyata tempat kami turun dari masjid masih jauh. Beberapa kali kami bertanya. Hingga kami melihat beberapa perempuan berhijab menuju ke arah yang sama. Kami pun mengikutinya. Dan benar saja, kami sampai di masjid itu. Bangunan ber-cat putih dan hijau tosca itu memiliki kubah dan menara seperti pada umumnya masjid. Kami masuk, dan meletakkan sandal di tempatnya. Mengucap salam, dan masuk ke dalam. Saya lihat beberapa muslimah di dalam. Dan kami masuk ke ruang sholat untuk perempuan. Kami beruntung, hari itu hari Minggu, aktivitas masjid banyak. Dari sekolah Minggu, yaitu semacam TPA untuk anak-anak dan pengajian untuk para muslimah. Dari situ saya mengerti, kebanyakan dari jamaah disini adalah imigran luar yang tinggal di NZ. Dan wow! Saya bertemu lagi dengan beberapa UMI yang sedang ikut pengajian muslimah.



Saya yang ‘kepo’ ini pun menuju ke ruang semacam kantor didekat tempat sholat perempuan. Beberapa muslimah yang terlihat seperti orang Indonesia sedang sibuk didalam. Saya masuk dan mengucap salam. Dengan pedenya bertanya “Are you from Indonesia?”. Dan ternyata salah! Mereka adalah orang Kamboja. Dari merekalah kami diajak untuk mengikuti pengajian muslimah. Mereka sangat 'welcome' pada kami, saya dan kedua teman yang belum berjilbab.

Adzan dhuhur sudah berkumandang. TPA sudah selesai, begitupun dengan pengajian muslimah. Semuanya berkumpul di ruang sholat untuk berjamaah Dhuhur. Disini kami tidak bisa melihat jamaah ikhwan. Suara adzan dan imam terdengar melalui audio. Setelah sholat berjamaah, teman saya Thalita dan Saras yang ada dibelakang sedang bercengkrama dengan anak-anak. Ada satu balita yang tak mau lepas dari Thalita, lucu sekali. Mereka semua adalah anak-anak muslim disini. Agen-agen cilik muslim di New Zealand.



Alhamdulillah. Terimakasih Ya Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang telah mempertemukan kami dengan saudara muslim disini. Ya Allah yang Maha Pemberi Ilmu, terimakasih telah memberikan wawasan baru kepada kami tentang kehidupan umat muslim di negara yang minoritas Muslim ini. Terimakasih atas kasih dan sayangMu.

*PS: sebentar lagi Ramadhan, siapkan diri buat berlomba-lomba dihadapan Allah! :)

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers