Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

"Duhai Ummi"

Duhai Ummi
Lihatlah ini
Lalu lihatlah mataku
Seraut wajah nan belum tergores
Sepucuk tatapan harapan abadi
Menanti belaian bunga-bunga
Dari lembutnya telapak tanganmu
Dari indah nya tutur katamu
Seindah isi firman di kitab ini

Duhai Ummi
Kau kan hidup di waktu datang
Saat yang bagiku masih jadi tanda tanya
Apa gerangan yang kan menghadang
Kau pun tak tahu duhan ummi
Kita hanya mampu bertanya
Dan menyapa selamat datang
Wahai masa depan

Duhai Ummi
Meski jalanan masih gelap
Meski ummat masih terlelap

Janganlah putus tuk berharap
Pastikan sebelum datangnya siang
Alquran di tanganku ini
Adalah pembela yang suci

Duhai Ummi
Bukalah dadaku
Isilah dengan tutur katamu
Masukkan nilai fitrahku
Ajarkan kepadaku
Apa arti bisikkan Rabb-ku



Abdullah, Jogja 22 Okt 2003

(Terkaget-kaget saat menemukan kertas puisi lecek ini di tumpukan berkas saya. Masih dalam kondisi yang sama saat saya gunakan dulu. Ini adalah puisi yang saya bacakan saat mengikuti lomba baca puisi di UGM antar SD se DIY. Saya pulang membawa piala juara 1 dan tentunya, sepucuk senyuman hangat dari Umi-ku, yang sebenarnya)

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers