Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Dua Kata Favorit


Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget sama dua kata. Dua kata yang menjadi jawaban atas pertanyaan di benak saya. Dua kata yang menjadi jalan keluar dari berbagai benang kusut di kepala saya. Dua kata yang kemudian selalu saya sebut-sebut di tiap doa. Dua kata yang ketika saya mengingatnya, maka senyum tersungging dari wajah saya.

Suatu hari seseorang mengeluh karena udara panas hari ini. “Ah panas!”.

Seseorang lainnya berkata, kau tahu? Sinar matahari yang sampai ke kulit kita sudah melalui saringan dari berbagai lapisan langit. Sudah di filter agar sinar matahari itu mampu menyentuh kulit kita. Coba kalau sinar matahari menyentuh kulit kita tanpa filter? Bisa terbakar seketika kulit kita ini.

Cerita diatas tadi cuma bagian sederhana dan kecil dari kehidupan. Masih banyak hal-hal yang mungkin bikin kita nggak bisa dengan mudah menerima berbagai kondisi yang ada.

Eh, balik lagi ke dua kata favorit saya. Mau tahu apa? Boleh disebarin kok ke yang lain. Adalah..


Menyenangi takdir! :D

Kisah dan Alquran


Kisah dan Alquran

Kenapa ada kisah dalam Alquran? Karena salah satu metode Alquran adalah bertutur, berkisah.
Apa bedanya kisah dengan hikayah?
Hikayah itu dongeng, cerita rekaan. Di dalam Alquran tidak ada hikayah. Karena Alquran didasari dengan fakta.

Dan kisah di Alquran pasti berisi kebenaran dan mengandung berita besar. Sekali lagi, berita besar.
Karena kisah-kisah para nabi dalam Alquran adalah intisari kisah para nabi itu. Kan Alquran bukan buku kisah. Tapi mengandung kisah.

Kenapa Alquran menggunakan metode berkisah ini? Untuk memudahkan kita dalam memahami Alquran. J
Kemudian didalam kisah-kisah di Alquran ada metode penyampaian seperti ini, maka Firaun berkata, ... berkata, dll. Loh berarti Alquran ini kata-kata siapa? Kata Allah atau kata mereka tadi?

Ya namanya juga cerita. Disini Allah mengungkapkan sebuah cerita lalu dengan tokoh tokoh masa lalu juga. Ya memang itu kata-kata Firaun, Nabi, atau bahkan Iblis. Tapi diceritakan Allah untuk mempermudah kita memahami konteks pesan ayat tersebut.  Kalau sudah ada tokoh-tokoh begini, kita jadi mudah mengambil hikmah.

Kisah didalam Alquran bukan cuma menjelaskan dengan detail, tetapi juga menyempurnakan kisah-kisah di kitab sebelumnya.

AN-NUR 55

Kita lihat surat Annur ayat ke 55. Silahkan lo dibuka Qurannya J. Dalam ayat ini Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal sholeh. Sekali lagi ya, yang beriman dan beramal sholeh. Apa yang dijanjikan? Adalah menjadikan orang orang yang beriman dan beramal sholeh itu berkuasa di muka bumi. Wah.. J

Iya, seperti orang-orang terdahulu berkuasa. Seperti apa ya kira-kira ‘berkuasa’ yang maksud dalam ayat ini? Ternyata yang dimaksud berkuasa disini ada dua. Yang pertama adalah meneguhkan agama yang telah diridhoi Allah. Dan kedua adalah mengubah keadaan dari rasa takut menjadi kenyamanan yang sentosa.
Ada dua hal disini, dari sisi Allah dan sesama manusia secara luas. Untuk kemaslahatan umat.
Jadi begini ya ‘kekuasaan’ dalam Islam. Begini juga dong idealnya politik dalam Islam? :D

Maka penting mempelajari kisah dalam Alquran ini.

Masa kini adalah cerminan dari masa lalu. Sejarah berulang. Dengan kita mempelajari Alquran kita bisa tahu penyelesaian masalah kini. Dan kisah-kisah dalam Alquran itu menjelaskannya kepada kita.
Jika kita menjadikan Alquran sebagai media, kita pelajari kisah-kisahnya. Kita jadi punya tokoh-tokoh idola. Tokoh-tokoh yang bisa kita jadikan tauladan. Kalo sudah jadi idola maka kita akan dengan senang hati meniru idola kita itu. Nah dari pada menjadikan idola orang-orang yang tidak jelas sikapnya, mending idola kita yang sudah jelas-jelas sikapnya bisa kita contoh. Dan itu bisa kita dapatkan saat kita mempelajari kisah-kisah di Alquran.

Contohnya, kita mengambil hikmah dari kisah Maryam. Maryam mengandung tanpa adanya suami. Tentu saat itu ia tidak tahu anaknya nanti akan menjadi Al Masih. Tapi perjuangannya sungguh luar biasa. Sampai ia merasa ingin mati saja. Hikmahnya, seandainya Maryam tahu itu Almasih maka perjuangannya pun akan menjadi hambar, karena ia tahu kelak anaknya akan menjadi orang besar, Almasih. Ini berarti dalam keadaan sesulit apapun kita, seperti keadaan Maryam, kita tetap harus berjuang, tidak boleh putus asa. Bahkan saat Maryam melahirkan sendiri, ia tetap diminta Allah untuk menggerak-gerakan pohon kurma agar buahnya jatuh dan bisa dimakan sebagai penyembuh sakit setelah melahirkan. Itu berarti dalam keadaan sesulit apapun, kita tetap diminta Allah untuk berjuang. Seperti Maryam memperjuangkan kehamilan dahulu. J

QS YUSUF 111

Dalam Quran surat Yusuf ayat 111. Artinya Sesungguhnya dalam kisah-kisah di Alquran itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal.

Kisah disini bisa jadi ibroh atau pengajaran bagi orang-orang yang berakal. Jadi kita harus mikir saat kisah-kisah ini sampai kepada kita. Fungsikan nalar saat membahas kisah kisah di Alquran ini. Bukan seperti kita mendengar legenda yang konon katanya, lalu kita mengangguk angguk saja. Bukan.

Karena Ulil Albab adalah orang yang seimbang antara dzikir dan fikirnya. Berfikir, tapi nggak pernah lepas dari Allah.

Festival Bercerita di Singapura

Hari sudah sore saat kaki ini menapakkan kaki di Bandara Changi Internasional Singapore. Delay waktu hampir dua jam di Indonesia membuat jadwal awal jadi berubah. Bersyukur bisa makan gratis di lounge sambil nungguin delay. Kalau engga, butuh dana lebih buat memadamkan kelaparan di atas pesawat. Kan mahal.. *sambil nunjukin kartu mahasiswa*.


Saya ke Singapore dalam rangka Singapore International Storytelling Festival. Awalnya berencana pergi bareng temen, terus kemudian sendiri, tetapi akhirnya saya pergi berdua, bersama sepupu, Via namanya. Mahasiswi kedokteran hewan UGM ini beberapa kali gagal liburan. Dengan alasan tutorial, temen ngga jadi berangkat, dan lain-lain. Karena iba melihatnya, dengan kebaikan hati seorang kakak sepupu, maka saya menawarkan untuk ikut ke Singapore bersama. Hehehe. Yes, kami berdua.

Sampai di Changi, sudah ada teman saya, Bening, mantan mahasiswa NTU yang baru aja wisuda. Dia membawa kertas bertuliskan nama saya. Asik, udah cocok jadi guide Ning! Alhamdulillah, karena sebuah forum bernama Forum Indonesia Muda, saya jadi punya banyak temen. Salah satunya di Singapore ini. Jadi mereka lah yang saya repotkan mulai dari tanya-tanya sampai jemput kesana kemari di SG. Selain Bening ada juga Kak Vina yang udah lulus S2 dan sedang internship di SG, lalu Ridwan yang kerja dan tinggal di SG bareng istrinya, dan banyak teman lainnya dibawah naungan Forum Indonesia Muda ini. J

The Festival


Berawal dari bergabungnya saya di sebuah grup storyteller Wellington, New Zealand. Saya jadi kenal banyak storyteller dunia, di dunia maya, salah satunya Singapore. Sedikit stalking soal storyteller di Singapore. Ternyata mereka punya jaringan yang sudah teroganisir dengan baik dan diakui pemerintah. Mereka juga sering mengadakan acara-acara. Wah iri sekali dengan mereka. Karena di Indonesia sepertinya belum ada yang seperti ini. Kalaupun ada adalah komunitas yang dibangun sendiri oleh para pendongeng. Itu pun biasanya terkotak-kotak. Belum bisa mengumpulkan semua jenis storyteller. Dan belum ada jaringan storyteller resmi yang diakui pemerintah. Ternyata benar, stalking saya tentang storyteller di Singapore semua terbukti saat sampai di The Art House, venue tempat diadakannya SISF (Singapore International Storyteller Festival). Betapa pentingnya mereka menyadari sebuah cerita sehingga pencerita pun juga dianggap penting.

Satu hal yang paling saya suka adalah tagline dari SISF 2013 kali ini, yaitu “weaving words, connecting cultures” yang secara bahasa berarti “menenun kata, menghubungkan budaya”. Dalam festival ini, selain bertemu dan menjalin relasi dengan teman-teman storyteller dunia, saya berkesempatan untuk bercerita, ikut workshop, dan menonton International Storyteller Showcase. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia. Yang terbanyak tentu saja dari Singapore. Yang lain ada dari Newyork, Australia, Alaska, France, Malaysia, Philippines. Sayangnya, dari Indonesia, hanya saya satu-satunya. Jadi kudu pinter-pinter berbaur deh.

Bukan hanya professional storyteller, ada juga banyak profesi yang sengaja datang menikmati pertunjukan di festival karena kesadaran mereka atas pentingnya sebuah cerita. Dalam storyteller showcase oleh Singaporean, ada tujuh storyteller yang bercerita. Bermacam-macam cerita yang mereka sampaikan. Ada yang tentang fantasi awal munculnya matahari di siang hari dan bulan di malam hari, sampai cerita Abu Nawas yang sudah biasa saya dengar di Indonesia. Berbeda dari kebanyakan di Indonesia, pertunjukan cerita ini lebih banyak ditonton oleh orang dewasa. Jadi storyteller pun cukup terbantu dengan penonton yang nggak ribut atau tiba-tiba nangis pengen pipis. Hehe. Ya, pertunjukan dongeng disana dibuat sedemikian rupa seperti sebuah pertunjukan seni. Dengan standar yang tidak boleh ada kamera dan tidak boleh keluar ruangan selama pertunjukan berlangsung. Jadi, saat ruangan sudah dikondisikan seperti ini, secara otomatis akan membuat audiens fokus. Seperti dibawah ini stage nya.


Storyteller dari Singapore ini juga semuanya dewasa. Tebakan saya, semua diatas 30 tahun. Tapi jangan salah, mereka masih punya semangat dan kemampuan yang oke. Salah satu yang paling menarik adalah duo pencerita keturunan India, namanya Kiran dan Rosemariah. Kedua perempuan ini bercerita dipadu drama. Tingkah polahnya sering mengundang gelak tawa penonton, termasuk saya. Interaksinya dengan penonton juga menarik dan sesuai dengan isi cerita. Itu yang membuat kita sebagai audiens hayut dalam cerita mereka. Oh iya sebelumnya maaf jarang ada gambar, terutama saat aktivitas saya dan storyteller yang lain. Pertama saat showcase gaboleh ada kamera. Kedua, selama acara, saya sendiri *nggak bawa temen* jadi nggak ada orang buat dimintain tolong motret :D hehe.

Ada juga storyteller dari Amerika yang nyentrik dandanannya. Tapi jujur di tengah cerita sampai akhir, saya nggak ngerti apa yang dia ceritakan. Hahaha. Ia menggunakan cara bercerita seperti puisi. Di beberapa bagian ia berbicara dengan tempo sangat amat cepat. Goodbye! Hahaha. Yang menarik lagi ada storyteller dari Alaska. Ia bercerita tentang seorang anak yang ingin menjadi penari burung. Awesome! Dengan memamerkan kostum tradisi tarian burung yang ia bawa dari Alaska, interaksi dengan penonton, backsound suara, dan ekspresinya, menurut saya ia pintar memodifikasi sebuah cerita menjadi pertunjukan yang apik. Dan banyak lagi berbagai cara bercerita yang tentu menjadi wawasan baru bagi saya.

Tapi, well, secara keseluruhan, saya masih bisa bilang bahwa Indonesia punya banyak storyteller berbakat yang nggak kalah sama mereka. J

Dalam workshop saya berkesempatan menampilkan sebuah cerita. Tidak lupa bawa wayang dan diawali dengan suluk. Suluk itu adalah introduction dalam adegan wayang. Diucapkan dengan nyanyian mendayu oleh dalang, dengan bahasa jawa kuno. Tapi kali ini jelas pakai Bahasa Inggris. Maunya sih Bahasa Jawa aja :D

Saya bertemu Len Cabral, storyteller dari Amrik yang ada dalam workshop itu. Kami banyak ngobrol. Storyteller berambut gimbal yang nyentrik ini juga sangat apresiatif dan memberi saya banyak ilmu. Di akhir, saya sengaja memberikan wayang kulit yang sebelumnya saya tampilkan, kepada Len. Katanya ia akan pakai suatu saat nanti saat bercerita. My pleasure! J Ssst, salah satu mimpi saya adalah bercerita di Amerika. Semoga ini awal yang baik untuk salah satu mimpi saya itu. Amin.


Ya, hari-hari itu membuat binar mata saya berlebih-lebih. Allah Maha Baik memberi kesempatan itu. Semoga bekal yang baik juga untuk kedepannya. J





















*Foto kiri: Ini dia storyteller Kiran dan Rosemariah yang berhasil buat saya terpingkal!
*Foto kanan: Bersama Kamini, ia adalah singapore storyteller sekaligus juga art director disini. Dia lah yang jadi perantara saya dan program ini. Fotonya merem, kami lagi ngobrol sambil ketawa2 soalnya, nggak fokus. Hehe



Mars dan Venus



Mars dan Venus. Hakikatnya berbeda. Tapi sama kan didalam tata surya?
Ditinggalkan salah satu diantaranya tentu bukan sebuah pilihan. 
Tapi sebuah takdir yang tak bisa dielak.
Beda. 
Ditinggalkan yang sama dan bersama yang beda membutuhkan daya lebih kuat untuk tetap mengorbit di garis semesta.
Bukan sebuah halangan, saya pikir.
Meski ribuan asteroid terbakar di kulit keduanya.
Tak apa jika tak berucap selamat bahagia. 
Yang penting tetap menjaga di orbit Sang Galaksi. 
Iya kan?


Sebuah Refleksi

*baca dengan sudut pandang Aku adalah dirimu juga :)

Dua puluh tiga September lalu, tepat 21 tahun aku hidup di dunia. Dua puluh satu tahun ikut andil dalam perubahan di dunia, bertanggung jawab pula atas perkembangan baik dan buruknya lingkungan.

Sedikit mengingat, Muhammad Al Fatih berumur 21 tahun saat memimpin pasukannya menaklukkan Konstantinopel. Steve Wozniak berumur 21 tahun saat bersama Steven Jobs membuat komputer dan kemudian menjualnya. Juga Lionel Messi, umurnya 21 tahun saat mengangkat bangga piala Liga Champions (2006) dan Piala Dunia Antarklub (2007). Kamu? Mungkin sudah banyak membubuhkan tanda centang di ‘buku komitmen’ yang bentuknya bermacam-macam sesuai keinginan. Lalu aku?

Apa waktuku sama dengan mereka denganmu? Jelas sama. Kita sama-sama punya enam puluh detik dalam satu menit. Sama-sama punya enam puluh menit dalam satu jam. Juga punya dua puluh empat jam dalam sehari semalam. Sama. Allah Maha Adil.

Sampai berbagai ucapan dan doa itu sampai.

“Met Ultah ya Kak”
“Met milad ya”
“Semoga makin menyinari”
“Terus menginspirasi ya”
“Semoga umurnya berkah”
“Semoga cita dan cintanya tercapai”
“Met tambah tua yak”
“Sukses dakwahnya ya”
“Jadi kebanggaan ortu ya”
“Semoga tambah karya”
“Semoga brtambahnya umur juga bertambah amal baiknya”
“Jadi tukang dongeng yang keliling dunia ya”

Dan semuaaa telfon, pelukan, hadiah, doa, juga foto yang membuat wajah ini berbinar, tersenyum, sambil komat-kamit bilang “Amin..”

Terus? Tentu, kata “Amin” tak akan berarti apa-apa tanpa sebuah tindakan. Dan betapa indahnya sebuah tindakan jika diiringi doa, apalagi dari orang-orang disekitar. Terimakasih untuk semangat dan motivasi lewat doa doa itu. J















Cerita Senja

Hari ini mentari
Saat itu pelangi
Yang butuh derasnya hujan untuk menikmati

Hari ini puitis
Saat itu dramatis
Yang tersenyum dalam realitas asa

Hari ini ilmu
Saat itu belajar
Yang tertanam di indahnya pengalaman

Hari ini berharga
Dan
Saat itu bahagia
Kata hatiku


Rona Mentari

Ketika Takbir Berkumandang Di Segala Penjuru Negeri



Takbir berkumandang di segala penjuru negeri. Wajah-wajah bersinar dari para perindu Ramadhan menghiasi hari yang fitri. Bagi yang benar-benar memanfaatkan ramadhan dengan amalan sholeh, tentu Idul Fitri menjadi kemenangan dalam mendapatkan ‘piala Allah’. Menjadi juara dihadapanNya setelah berlomba-lomba dalam kebaikan selama ramadhan. Namun bagi yang tidak, tentu ramadhan menjadi hambar saja dilewatkan. Seperti sabda Rosul yang berbunyi, “banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga”, naudzubillah.


Ya, Idul Fitri identik dengan sesuatu yang baru. Mulai dari pakaian sampai uang baru. Tapi apa ituaja? Enggak. Ada hal baru yang sebenarnya menjadi salah satu kunci utama dalam memaknai Idul Fitri. Idul Fitri terdiri dari dua kata. Pertama kata ‘id yang dalam bahasa arab bermakna bermakna ‘kembali’. Dan fitri yang artinya adalah ‘suci’. Jadi Idul Fitri secara harfiah berarti ‘kembali suci’. Idul Fitri juga diartikan dengan kembali fitrah, awal kejadian. Artinya, mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah.




Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 172 yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhan-mu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”

Dalam ayat diatas, dijelaskan bagaimana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan yang mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke-Tuhan-an. Namun seiring dengan perjalanannya, manusia mengotori hidupnya dengan dosa dan salah. Dan dosa-dosa tersebut bisa terhapus dengan cara bersilaturahim. Oleh karena itu, bulan syawal menjadi bulan yang penting bagi umat Islam untuk bersilaturahim.

Silaturahim dan berkumpul bersama saudara dalam suasana Idul Fitri memang menjadi kebahagiaan yang lumrah ditemui. Namun sekali lagi, bukan kebahagiaan karena terbebas dari menahan lapar dan dahaga selama puasa. Tapi kebahagiaan menyambut hari raya dengan semangat ibadah yang jauh lebih baik. Kebahagiaan yang dicontohkan Rosulullah dalam merayakan hari raya pun tidak semata-mata untuk kebahagiaan pribadi, tetapi juga orang lain.

Diriwayatkan sebuah kisah yang terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah SAW seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu. Semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Namun tiba-tiba Rasulullah SAW melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil yang sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang. Rasulullah SAW lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.

Rasulullah SAW kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya mengapa gadis kecil itu menangis. Tanpa melihat siapa yang bertanya, gadis kecil itu kemudian menjelaskan bahwa Ayahnya telah meninggal saat berjuang bersama Rosulullah. Ia menjadi yatim dan tidak memiliki apa-apa di hari raya ini. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Hasan serta Husein menjadi adik-adikmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Ia kaget saat tahu Rosulullah yang ada dihadapannya. Gadis yatim kecil itu menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah SAW menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan. Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya.




Rasulullah saw bersabda: ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”


*versi lebih formal terbit di Koran Minggu Pagi edisi Idul Fitri.

Bangga Dengan Alquran


Bismillahhirrahmannirrahim..

Kali ini Rona mau share tulisan artikel yang diterbitkan Koran Minggu Pagi Yogyakarta untuk kolom "Inspirasi Ramadhan". Beda dari tulisan Rona di blog biasanya, ini agak formal, maklum untuk konsumsi media cetak. Tapi semoga easy to understand :) Enjoy!

Ramadhan telah memasuki sepuluh hari terakhirnya. Rosulullah mencontohkan kepada kita untuk semakin meningkatkan kualitas ibadah. Salah satunya ditunjukkan dengan aktivitas kita bersama Alquran. Kini, seringkali kita malu dengan identitas kita sebagai muslim. Malu memperlihatkan ritual agama kita. Bahkan malu membaca Alquran di tempat umum. Alhasil waktu yang kita habiskan bersama Alquran menjadi minim. Kini saatnya pada bulan Ramadan, bulan yang penuh rahmat dan berkah ini, merupakan momen penting untuk kembali kepada Alquran, buku petunjuk kehidupan kita.

Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Qamar ayat 17 yang artinya “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Alquran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” Ayat ini bahkan diulang empat kali dalam surat yang sama pada ayat 22, 32, dan 40. Rosulullah juga bersabda “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al quran dan mengajarkannya” (HR Bukhori).


Alquran ibarat buku petunjuk hidup kita. Mempelajarinya berarti mencari tahu petunjuk dari Allah SWT. Membacanya berarti kita sedang berusaha memahami pesan cinta dariNya. Lalu bagaimana cara memahami Alquran? Satu hal yang paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan membaca artinya. Selain akan menambah pemahaman kita tentang isi Alquran, membaca arti dalam bahasa Indonesia juga bermanfaat bagi diri kita. Dalam dunia kedokteran, proses ini dikenal dengan istilah Recticular Activating System, sebuah jalan menuju bagian otak untuk meningkatkan daya fokus dan konsentrasi. Masyaallah. Tapi apa kita masih punya waktu untuk menyibukkan diri kita dengan Alquran?

Sebuah kisah menyebutkan, seorang Ustadz dari Indonesia dan Syekh dari Timur tengah sedang berada diatas pesawat saat jam menunjukkan waktu sholat. Setelah berwudhu, Syekh meminta sang Ustadz untuk segera mengumandangkan adzan. Dimulailah sholat berjamaah diatas pesawat dengan Syekh sebagai imamnya. Sang Syekh melantunkan surat yang ia baca dengan lantang. Tidak sedikit orang di sekitar yang memandang mereka heran. Pesawat ini memang menuju ke negara yang bukan mayoritas muslim. Setelah salam, Ustadz bertanya kepada Syekh, “Syekh, apa anda tidak canggung dengan lantang membaca ayat Quran diatas pesawat ini? Dari tadi banyak yang menatap ke arah kita”. Syekh menjawab “Kenapa kita harus canggung mendengarkan ayat Quran pada mereka? Sementara mereka dan banyak orang diluar sana yang tidak canggung memperdengarkan kemaksiatan kepada kita”.

Pembaca yang dirahmati Allah, kisah nyata tadi agaknya cukup menyentil diri kita. Allah berfirman dalam Surat Fussilat ayat 26 yang artinya, “Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Alquran ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka)”. Dalam surat ini dijelaskan bahwa sengaja dibuat ‘kegaduhan’ dalam arti luas untuk menjauhkan kita dari Alquran. Kita disibukkan oleh perkara-perkara duniawi agar diri kita jauh dari Alquran.

Pembaca yang dirahmati Allah, mari kita bersama jadikan Ramadhan ini momentum untuk kembali pada Alquran. Tunjukkan bahwa kita bangga menenteng Alquran. Dan sibukkan diri kita dengan membaca serta mempelajari Alquran.

(Rona Mentari untuk kolom Inspirasi Ramadhan Koran Minggu Pagi)

"Trimbil Melawan Syetan"


Bismillahhirrahmannirrahim.. 

Nah yang ini, dongeng tentang Trimbil yang berusaha melawan syetan! Cocok buat kita dongengkan ke anak-anak, biar mereka semangat puasa. Amin :)

Pada suatu hari di desa Pohruboh, tinggal seorang anak laki-laki, Trimbil namanya. Trimbil adalah seorang murid SD kelas dua. Umurnya tujuh tahun enam bulan. Bulan ramadhan ini, Trimbil berniat untuk puasa sehari penuh selama satu bulan. Walaupun itu tidak mudah, tapi Trimbil berusaha.

“Aku harus kuat puasa! Biar dapat hadiah dari Ibu! Hehehe”, kata Trimbil sambil tertawa.

Memang, Trimbil akan mendapat hadiah dari Ibu jika bisa puasa satu hari penuh selama sebulan. Siapa yang tidak mau dapat hadiah? Apalagi Trimbil!

Hari pertama dilalui Trimbil dengan semangat dan lancar. Begitupun hari kedua.

“Alhamdulillah hari ini lancar!”, kata Trimbil bahagia.

Tiba pada hari ketiga, Trimbil tidak sahur. Kata Ibu, Trimbil susah sekali dibangunkan. Tapi Trimbil merasa tidak ada yang membangunkannya. Wah sepertinya gara-gara keasyikan tidur, jadi tidak terasa saat dibangunkan Ibu. Trimbil sudah mulai kehausan saat jam menunjukkan pukul 11 siang. Tanpa diduga, ada sepiring roti sisa sahur tadi pagi di meja makan. Trimbil tersenyum melihat roti itu. Ia ingin sekali memakannya. Perutnya lapar! Eh tiba-tiba roti itu berbicara.


“Jangan makan aku Trimbil.. kamu sedang puasa!”

Trimbil kaget. Ia lalu teringat, bahwa dirinya sedang puasa. Tapi tiba-tiba dari belakang muncul suara aneh.

“Sudahhh.. makan saja Trimbil! Kamu kan lapar.. segeralah memakan roti yang lezat itu!”

Ternyata itu adalah suara syetan yang ada di sekitar Trimbil. Trimbil ikut mengangguk, mengiyakan ucapan syetan. Trimbil pun mendekati roti itu. Tapi roti itu berteriak lagi kencang.

“Jangan makan aku Trimbil! Kamu sedang puasa!”

Syetan berkata “Makan saja Trimbil! Tidak ada yang melihat. Ayo makan!”

“Jangan Trimbil! Allah Maha Melihat. Kamu bisa batal puasa!”

Ups. Trimbil teringat janjinya akan puasa penuh. 

“Masyaallah! Aku tidak boleh tergoda, aku akan berpuasa!”

Dengan sigap, Trimbil segera menutup roti itu dengan tisu agar ia tidak tergoda. Ia pun meninggalkan roti itu dan melanjutkan puasanya. Hari ini Trimbil berhasil melawan syetan!


Ps: Hari ini Hari Anak Nasional, yuk hadiahkan anak-anak dengan dongeng dari kita :) 

Ula-ula Menjadi Kupu-kupu


Bismillahhirrahmannirrahim

Pada suatu hari, hiduplah seekor ulat kecil. Tubuhnya berwarna hijau tidak berbulu. Kalau disentuh, kulitnya lentur, sangat menggelikan. Tapi sayangnya, hanya sedikit yang mau menyentuh ulat kecil itu. Namanya Ula-ula. Ia tinggal diatas pohon mangga halaman rumah Dena, gadis kecil yang suka bermain.

Suatu hari, Dena dan bonekanya bermain di teras rumah. Ia ditemani Bunda yang sekaligus menyuapi Dena makan. Tiba-tiba Dena berteriak kencang saat melihat Ula-ula diatas pohon mangga. Dena menangis karena takut melihat Ula-ula. Dena segera memeluk Bunda yang ada didekatnya. Mereka lalu masuk ke dalam rumah.

“Kenapa orang-orang tidak suka padaku ya?”, kata Ula-ula sedih.

Beberapa saat kemudian seekor sapi milik Pak Tani berjalan menuju sawah, melewati pohon mangga, rumah Ula-ula. Komo Si Sapi itu berkata pada Ula-ula.

“Jangan dekat-dekat denganku ya Ula-ula. Tubuhmu menggelikan. Aku takut gatal-gatal!”

Ula-ula hanya diam, ia sedih, semakin banyak yang tidak mau dekat-dekat dengannya. Kemudian Ula-ula pun berdoa.

“Ya Allah, aku tak tahu kenapa mereka takut padaku. Padahal aku ingin punya banyak teman. Tolong aku Ya Allah. Engkaulah Yang Maha menolong. Dan Engkaulah tempatku mengadu”

Ula-ula berdoa kepada Allah agar ia disukai dan disenangi. Kemudian tiba-tiba tubuhnya sedikit demi sedikit dipenuhi serat-serat. Serat halus itu kemudian mengelilingi tubuh Ula-ula. Menutup tubuh Ula-ula secara melingkar. Semakin lama tubuh Ula-ula semakin tertutupi hingga tinggal wajahnya saja. Lucu sekali, seperti bayi yang sedang dibedong. Atau bayi yang memakai jilbab. Hahaha.

Lama kelamaan tubuhnya tertutup semua, termasuk wajahnya. Oh, ternyata Ula-ula menjadi kepompong! Apa yang dilakukan Ula-ula? Ternyata Ula-ula sedang puasa. Ia tidak makan dan tidak minum. Menahan nafsu dan amarah. Tidak pergi bermain, tidak jalan-jalan ke Mall. Pokoknya Ula-ula berpuasa saat menjadi kepompong. Tiga puluh hari kemudian, serat yang membungkus Ula-ula terbuka sedikit demi sedikit. Muncul sebuah sayap yang terlihat masih basah dan lengket. Kemudian muncul seekor kupu-kupu nan cantik jelita. Ia mengepak-kepakkan sayapnya dan terbang kesana kemari. Ula-ula telah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik! Sapi yang sedang lewat pun menyapa.



“Siapa kamu? Bolehkah aku berkenalan denganmu?” “Aku Ula-ula pi, temanmu!”

“Wah kamu sangat indah” “Iya, aku berpuasa saat menjadi kepompong”

Sapi tersenyum melihat Ula-ula. Kemudian Dena, gadis kecil yang dulu takut sekali dengan Ula-ula tiba-tiba berlarian kearah Ula-ula sambil tertawa. Dena senang sekali melihat Ula-ula. 

“Alhamdulillah puasa membuat diriku dan hatiku tambah cantik!”, kata Ula-ula bersyukur.

Nabung Jariyah di RDM : 1434 H

Untuk kamu yang ingin mencahaya di Ramadhan 1434 H ini..
Yuk, gabung tim volunteer Rumah Dongeng Mentari di bulan penuh berkah.

Khusus untuk yang berdomisili di DIY :)


Eksistensi

Bismillahhirrahmannirrahim..

Berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Mulai dari anak kecil didepan orang tuanya. Caleg yang memperjuangkan dirinya untuk dipilih rakyat. Mahasiswa yang katanya aktivis. Seorang pria di depan perempuan yang dia cinta. Karyawan didepan bos nya. Sampai tukang bakso keliling yang selalu lewat depan rumah. Semuanya butuh eksistensi.


Bagaimana wujudnya? Nah ini nih yang macem-macem. Eksistensi kini bentuknya beragam. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi. Makin memperkaya khazanah ragam cara untuk eksis. Hahaha.

Well, sebelumnya saya mau cerita nih. Suatu saat, saya sedang di dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya bertemu dengan segerombolan pengendara motor. Mereka berjalan beriringan dengan menggunakan baju yang sama. Semuanya dominan hitam. Rata-rata dari mereka adalah kaum Adam. Setelah saya perhatikan atribut dan kaos mereka, saya bisa menyimpulkan bahwa mereka adalah suporter sepak bola. Baru pulang dari mendukung tim favorit mereka tanding ceritanya. Nah, saat berhenti di lampu merah ada beberapa dari mereka yang sengaja membunyikan motor mereka dengan keras. Nge-gas-in motor mereka sampe asap melambung kemana-mana. Udah kayak jaman kampanye pas partai kita masih tiga. Dan mereka merasa bangga. La ini menurut saya adalah bagian dari keinginan untuk eksis itu. Sang pengendara motor menunjukkan eksistensinya dengan nge gas-gas in motornya. Biar orang-orang disekitarnya liat. Iya sih, saya akhirnya melihat, tapi jelas bikin polusi. Polusi suara. Menurut saya, ini bentuk eksistensi yang nggak indah dan nggak menguntungkan sama sekali.

Kalo yang berhubungan sama teknologi informasi, macem-macem bentuknya. Temen-teman pasti udah tau sendiri lah ya. Dari bikin status FB, nge-tweet, path, instagram, BBM, WA, Line, sampe nulis blog seperti saya ini nih, itu semua adalah salah satu cara untuk bisa eksis. Tapi bukannya terus-terusan menceritakan semua yang kita lakukan. Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sayang waktu kita!


Loh jadi eksis itu pengen diliat ya? Ya bisa jadi begitu. Salah apa engga? Tergantung pengen diliatnya untuk apa. Nggak ada salahnya kok, asal tujuannya baik dan jangan sampe kita melupakan yang satu ini. Kita wajib banget eksis sama Dia. Wajib terus meningkatkan eksistensi kita didepan Dia. Siapa Dia? Pencipta kita, pembimbing jalan kita, tempat kita bergantung, Allah SWT. Sekarang mungkin banyak sekali dari kita yang ingin eksis biar ‘diliat’, tapi apa mungkin kita juga ingin eksis didepan Dia? Memang, eksis sama Allah itu nggak mengharuskan orang-orang tau. Seperti contoh kisah Andi. Saat itu Andi sedang berada di toilet umum. Saat berada di depan wastafel ia melihat wastafel yang kotor. Disana tak ada orang sama sekali. Kemudian secara spontan ia mengeluarkan sikat gigi yang ada di kantongnya dan membersihkan wastafel itu dengan sikatnya hingga bersih. Setelah itu ia keluar toilet dengan senyum tersungging dari wajahnya.

Kenapa Andi mau melakukan itu? Jawabannya adalah karena Andi yakin Allah akan memberi pahala saat melihat perbuatannya. Jadi Andi sedang caper alias cari perhatian di depan Allah! Boleh? Boleh pake banget! :D

Eksistensi kita sama Allah lah yang utama. Coba kalo eksis didepan manusia, nggak akan ada habisnya. Saya jadi ingat istilah Bunda Tatty Elmir, pahlawan di jalan sunyi. Nah pahlawan di jalan sunyi ini menurut saya adalah orang yang eksisnya luar biasa didepan Allah. Mereka tulus memberi manfaat pada orang-orang disekitarnya tanpa ingin diketahui orang banyak.

Ya, berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Utamanya, untuk kehidupan kekal nanti. Eksistensi kita di depan Yang Maha. 


*mostly dedicated to me and, you, the readers. :) 
**Ps: Ramadhan sudah didepan mata, pantasin diri dulu buat menyambut si dia (baca: Ramadhan)

Masjid di Wellington

Kilbirnie Islamic Center

Salah satu tempat wajib dikunjungi jika pergi ke suatu tempat adalah masjidnya! Ya, saya selalu mewajibkan masjid sebagai list kunjungan jika saya sedang visit di suatu tempat, termasuk Wellington. Berbekal informasi dari Mbak Ika dan Bu Leo, dosen saya, saya berniat untuk mengunjungi Kilbirnie Islamic Center, masjid disana.

Saya pergi bersama Saras dan Thalita, sesama delegasi Indonesia dari Paramadina. Menggunakan bis, kami menuju kawasan Kilbirnie. Sebenarnya kami sendiri tidak tahu persis dimana tepatnya. Tapi setelah di kanan-kiri melihat tulisan-tulisan Kilbirnie, kami memencet tombol untuk berhenti. Turunlah kami di kawasan itu.

Dan, ternyata tempat kami turun dari masjid masih jauh. Beberapa kali kami bertanya. Hingga kami melihat beberapa perempuan berhijab menuju ke arah yang sama. Kami pun mengikutinya. Dan benar saja, kami sampai di masjid itu. Bangunan ber-cat putih dan hijau tosca itu memiliki kubah dan menara seperti pada umumnya masjid. Kami masuk, dan meletakkan sandal di tempatnya. Mengucap salam, dan masuk ke dalam. Saya lihat beberapa muslimah di dalam. Dan kami masuk ke ruang sholat untuk perempuan. Kami beruntung, hari itu hari Minggu, aktivitas masjid banyak. Dari sekolah Minggu, yaitu semacam TPA untuk anak-anak dan pengajian untuk para muslimah. Dari situ saya mengerti, kebanyakan dari jamaah disini adalah imigran luar yang tinggal di NZ. Dan wow! Saya bertemu lagi dengan beberapa UMI yang sedang ikut pengajian muslimah.



Saya yang ‘kepo’ ini pun menuju ke ruang semacam kantor didekat tempat sholat perempuan. Beberapa muslimah yang terlihat seperti orang Indonesia sedang sibuk didalam. Saya masuk dan mengucap salam. Dengan pedenya bertanya “Are you from Indonesia?”. Dan ternyata salah! Mereka adalah orang Kamboja. Dari merekalah kami diajak untuk mengikuti pengajian muslimah. Mereka sangat 'welcome' pada kami, saya dan kedua teman yang belum berjilbab.

Adzan dhuhur sudah berkumandang. TPA sudah selesai, begitupun dengan pengajian muslimah. Semuanya berkumpul di ruang sholat untuk berjamaah Dhuhur. Disini kami tidak bisa melihat jamaah ikhwan. Suara adzan dan imam terdengar melalui audio. Setelah sholat berjamaah, teman saya Thalita dan Saras yang ada dibelakang sedang bercengkrama dengan anak-anak. Ada satu balita yang tak mau lepas dari Thalita, lucu sekali. Mereka semua adalah anak-anak muslim disini. Agen-agen cilik muslim di New Zealand.



Alhamdulillah. Terimakasih Ya Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang telah mempertemukan kami dengan saudara muslim disini. Ya Allah yang Maha Pemberi Ilmu, terimakasih telah memberikan wawasan baru kepada kami tentang kehidupan umat muslim di negara yang minoritas Muslim ini. Terimakasih atas kasih dan sayangMu.

*PS: sebentar lagi Ramadhan, siapkan diri buat berlomba-lomba dihadapan Allah! :)

Pengajian di Wellington


Bismillahirrahmannirrahim..

Mau cerita lagi nih. :) Kali ini tentang pengalaman mengisi pengajian di Wellington. Oh iya, FYI, ini adalah dua postingan terakhir tentang perjalanan Wellington. Check this out! :)

Sebelum berangkat ke Wellington, saya sudah di kontak oleh Pak Agam, anggota Umat Muslim Indonesia (UMI) di Wellington. Mereka meminta saya untuk mengisi pengajian di acara pengajian rutinnya UMI. Wow, with pleasure :). Islam memang menjadi bagian minoritas di New Zealand. Mengisi pengajian di negara minoritas muslim tentu bakal menarik. Dan alhamdulillah, Allah memberi kesempatan dakwah ini untuk saya.

Pengajian rutin hari itu ternyata bertepatan dengan perayaan peringatan Hari Ibu. Jadi masyarakat Indonesia disana tetap berusaha memperkenalkan ke-indonesia-an kepada anak-anak. Berangkat bersama Saras, Thalita, dan Bara kami dijemput Pak Agam untuk menuju ke tempat pengajian. Tepatnya di Otari Park, semacam kebun raya, yang ketika kita masuk didalamnya, seperti di dalam hutan. Sebelah kiri ada sungai dan di sebelah kanan pepohonan rimbun. Tempat yang sangat sejuk tapi tertata dengan baik. Di sudut tertentu sudah ada peta-peta dan tempat sampah. Banyak juga binatang liar seperti bebek dan rusa. Setelah berjalan bagai menyusuri hutan, sampailah kami ke sebuah halaman besar berhamparan rumput hijau dengan atap langit biru cerah. Terdapat beberapa spot barbeque dan satu spot beratap tempat berteduh. 

Anggota UMI sudah mulai berkumpul. Sambil menunggu anggota lain, saya dan teman-teman berkeliling. Anak-anak sedang asyik bermain di sungai. Dan wow! Airnya dingin luarbiasa. Karena ini tempat umum, beberapa kelompok masyarakat juga sedang memanfaatkannya. Beberapa spot barbeque dipakai.

Beberapa saat setelah cukup banyak yang berkumpul, acara pun dimulai. Santai saja lesehan. Diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh salah satu anggota UMI. Luar biasa bacaan Qurannya. Beliau adalah seorang anggota TNI AU yang dikirim untuk menempuh pendidikan di NZ.

Yang jadi pembawa acara hari itu adalah Pak Budi, seorang penggiat gamelan dan budaya jawa di NZ. Dan tiba giliran saya kedepan. Well, audiens hari itu beragam, dari orang tua hingga anak-anak. Saya memulainya dengan mengajak bersholawat bersama. Beberapa kisah saya sampaikan. Berinteraksi dengan anak-anak, sharing bersama. Di akhir thausiyah, dengan gitar kecil yang sengaja saya bawa dari Indonesia, kami bernyanyi bersama, Tombo Ati, untuk mengingatkan kami kembali tentang obat hati. Saat menyanyikan Tombo Ati dalam bahasa Indonesia, hanya sedikit yang mengikuti. Tapi uniknya, ketika saya menyanyikannya dalam bahasa jawa, justru UMI dengan kompak mengikuti. Terutama ibu-bapaknya. J hehehe










Belum selesai sampai disitu, acara di Otari Park dilanjutkan dengan aktivitas mencuci kaki ibu. Selain untuk memperingati hari ibu, aktivitas ini juga saya rasa sangat mampu untuk menumbuhkan rasa bakti pada orangtua kita, terutama ibu. (eits, untuk para bapak dan bapak wanna be, jangan iri ya, lagi hari ibu itu soalnya. hehe)

Aktivitas ini menurut saya sangat konkret! Patut ditiru. Dengan membawa ember dan gayung masing-masing dari rumah, ibu duduk berjejer di kursi. Lalu anak-anak mencuci kaki ibunya dengan air dan sabun yang ada di ember. Saya membayangkan bagaimana pandangan  masyarakat lain disana tentang Islam jika aktivitas pengajian rutin yang dilakukan seperti ini. UMI menjadi agent of muslim yang baik disana.

Kembali ke aktivitas tadi, sesekali Sang Ibu mengkibas-kibaskan kakinya. Maklum udara yang dingin dibasug air tentunya amat dingin ketika menyentuh kulit. Ada juga yang menyuapi ibu nya. Benar-benar hari ibu deh. 

Kegiatan itu dilanjutkan dengan makan bersama dan games keluarga yang tak kalah serunya. Dan kegiatan hari itu diakhiri dengan pemilihan anggota baru UMI. 

Bertemu dengan saudara satu rumpun dan satu iman di luar negeri memang luar biasa membahagiakan. Seperti bertemu dengan saudara sendiri. Kami sharing, berbagi cerita tentang kehidupan muslim disini. Dan, saya pun belajar banyak dari mereka. Terimakasih Pak Agam dan keluarga, Pak Gufron dan Tante Atin, Pak Budi dan Tante Wiwin, Mba Anik, dan semua UMI di Wellington. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti. Dan lebih kekal tentunya, bertemu di Syurga-Nya, Allah. Amin, insyaallah.





Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Blog Archive

Powered by Blogger.

Followers