Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Showing posts with label in my opinion. Show all posts
Showing posts with label in my opinion. Show all posts

Apakah Kartini Jatuh Cinta?

Kemarin saat melakukan perjalanan untuk menghadiri pernikahan teman di Jepara dan Rembang, kami nyempetin mampir ke museum kartini di Rembang. Kapan lagi menyelami sosok Kartini lebih jauh di tempat dimana ia memperjuangkan pendidikan untuk kaum perempuan saat itu. Museum ini dulunya rumah Bupati Rembang, yang juga suami RA Kartini.

Kami membayar 2000 rupiah per orang untuk bisa masuk ke kawasan museum. Murah, seneng dong. Tapi jangan terlalu berekspektasi tinggi dengan kondisi museum yang dikelola pemerintah. Museum ini terletak satu lokasi dengan kantor pemerintahan di rembang. Saat saya datang. Ada banyak pengunjung lain. Maklum, hari itu hari libur dan masih dekat dengan tanggal 21 April. Soal 21 April ini, hampir semua kantor yang saya lihat di Rembang memasang spanduk besar-besar di depan kantornya terkait semangat Kartini.

Oke, kembali ke museum. Walaupun kita tahu bagaimana rata-rata kondisi museum di daerah yang dikelola pemerintah, tapi jangan khawatir soal keotentikan koleksi. Saya berdecak kagum dengan berbagai perabot yang digunakan RA Kartini jaman itu. Bisa dibilang sangat mewah. Tentu hal yang wajar mengingat sang suami adalah bupati yang terkenal kaya raya. Eits, tapi RA Kartini bukan menikah karena harta. Sepertinya mustahil jika sosok Kartini yang kita kenal menikah karena alasan harta. Kartini menikah karena diminta oleh orangtuanya.

Apakah Kartini pernah jatuh cinta?

Itu pertanyaan yang terngiang-ngiang terus dalam pikiran saya. Jika ia menikah karena disuruh, lalu dimana jatuh cintanya? Eh tunggu, bisa jadi Kartini jatuh cinta setelah menikah. Seperti kata Ustadz, jatuh cinta yang sesungguhnya adalah yang setelah menikah. Jatuh cinta setelah menikah itu insyaallah karena Allah. Loh kok malah bahas ini?

Tapi coba, kalau alasan menikahnya karena ketaatan Kartini kepada orang tuanya, maka luar biasa cinta Kartini kepada orangtuanya. Ridho Allah kan ada di ridho orang tua. Keren Kartini.
Hingga dalam salah satu ruangan di Museum Kartini, ada sebuah tulisan Kartini tentang ini.


Ini tulisan Kartini yang saya baca secara gamblang bicara cinta pertama kali. Ia mengatakan, dirinya tak bicara tentang cinta antara pria dan wanita. Menurutnya itu soal yang rumit dan ia tak punya pendapat tentang itu. Ah Kartini, cintamu terhadap kaummu, bangsamu, dan penciptamu telah menyebarkan banyak cinta ke pelosok negeri ini. Dan itu lebih berarti.

Kembali ke sosok Kartini. Menurut saya, sosok yang punya andil besar dalam memasyarakatkan surat dan pemikiran Kartini adalah Ny. Abendanon. Teman korespondensi Kartini di Belanda. Surat-surat kepada Ny. Abendanon lah yang secara rapi tersimpan dan terdata hingga terpublikasi dalam sebuah buku. Dan tentu, karena Kartini menulis. Tulisan itu menjadi bukti otentik atas pemikirannya. Walaupun, ada juga kontroversi yang mempertanyakan keabsahan surat-surat Kartini. Ah, bagaimanapun keadaannya pasti selalu ada pro dan kontra.

Lebih dari itu, saya pribadi mengagumi Kartini. Harum namamu hingga kini. Semoga sampai pula pesan dan semagatmu kepada kami, kaummu.

Oh iya. Saat keluar museum. Petugas meminta kami menuliskan pesan dan kesan. Saya menuliskannya panjang lebar, salah satunya “Tim Museum Kartini coba studi banding ke Museum Ulen Sentalu di Jogja. Belajarlah dari mereka.”


Pak..

Pak, dulu saya ingin kuliah di Paramadina karena pendirinya adalah Cak Nur. Ditambah karena Paramadina adalah kampusnya Zaskiya Adya Mecca *wkwk*. Bukan karena bapak. Tapi semakin kesini saya juga bangga mengenalkan diri sebagai alumni kampus yang pernah bapak pimpin.

Saat dimana sangat mungkin ketemu bapak di lorong-lorong kampus dan ngobrol barang sebentar. Saya bangga, pernah jadi bagian dari program beasiswa yang dicetus saat bapak memimpin kampus ini. Membuka kesempatan orang-orang seperti saya berkuliah di ibu kota. Lalu bisa belajar banyak dari daerah yang perputaran uangnya 70% dari seluruh perputaran uang di Indonesia. Iya, ibu kota punya kita semua.


Pak Anies, semoga bapak bisa selalu menepati janji, apapun janji itu. Entah bapak terpilih atau tidak. Seperti saat bapak menepati janji untuk menjadi saksi nikah pada seorang alumni pengajar muda. Padahal bapak saat itu dapat undangan untuk speech di Eropa. Saya lupa dimana, tapi yang pasti ini acara bergengsi. Tapi bapak menolak. Kenapa? Karena bapak sudah janji sama pengajar muda itu.

Pak Anies, semoga bapak bisa selalu memudahkan dan menolong orang. Entah bapak terpilih atau tidak. Seperti saat bapak rela meminjamkan kartu kredit bapak ke teman-teman UKM Tari Tradisional Universitas Paramadina yang—karena force majeure– harus membeli tiket ke Macau saat itu juga, agar bisa sampai disana tepat waktu. Sederhana ya? Cuma minjemin doang. Tapi coba bayangin gentingnya suasana saat itu dengan 20 orang yang harus tiba segera di Macau untuk misi budaya, tentu nggak sedikit uang yang dibutuhin. Tapi bapak, memutuskan untuk segera bantu, saat salah satu diantara tim menelfon bapak. Iya, hanya dengan telfon.

Pak Anies, semoga bapak tetap selalu jadi Ayah yang baik untuk anak-anak bapak dan kami semua. Entah bapak terpilih atau tidak. Seperti saat saya tidak sengaja bertemu bapak di sebuah toko penyewaan DVD di Jogja. Saat itu bapak menemani si sulung. Bapak ikut turun mengantarkan dan menemani. Tidak hanya di dalam mobil. Saya menyapa bapak dengan penuh keheranan karena tidak menyangka akan bertemu di tempat seperti ini. Dan bapak seperti biasa menyambut sapaan saya dengan menyenangkan.

Pak Anies, apapun hasilnya nanti, tetaplah menjadi Pak Anies yang kita kenal. Tetap menjadi penggerak kebaikan. Tetap jadi inspirator anak muda. Tetap menjadi Pak Anies kita!

Perjalanan Commuterline dan 70 Tahun Indonesia Merdeka

Siang ini setelah mengikuti upacara kemerdekaan istana negara didepan layar kaca. Saya menaiki commuterline yang khusus hari itu gratis karena memperingati hari kemerdekaan. Sengaja saya berdiri di pinggir pintu kaca. Agar bisa leluasa memandang keluar. 

Atribut merah putih tak bisa terhindarkan dari pandangan mata. Dari bendera kain yg berkibar di depan rumah. Sampai kantong plastik kresek berwarna merah dan putih yang sengaja digembungkan dan dipasang bergantian menghiasi sebuah halte bis tua. 

Dan ini sejumput potret peringatan kemerdekaan melalui perjalanan singkat commuterline yang berhasil saya rekam dalam ingatan.


Saya melihat lapangan kecil di pemukiman, ramai oleh kanak-kanak berlomba. Lalu tiang lomba panjat pinang yg tegak berdiri siap disoraki. Lalu siswa siswi berjalan bersama pulang sekolah. Lalu remaja-remaja berseragam sekolah yang tiduran di warung kopi melepas lelah, agaknya kelelahan mengikuti upacara tadi. Lalu sepasang remaja putih abu abu, menyepi duduk dibawah pohon sambil senyum-senyum sendiri. Lalu sampah yang beterbangan dibuang dari ember ke pinggir rel kereta oleh seorang pemuda. Lalu tumpukan sampah seluas lapangan tenis. Lalu telpon seluler yang tidak berhenti berbunyi. Lalu sebuah keluarga kecil bepergian. Lalu ratusan batu nisan di sebuah komplek pemakaman dengan segelintir peziarah. Lalu sebuah celetukan bahwa hari ini ada banyak diskon di berbagai pusat perbelanjaan. 


Selamat memperingati 70 tahun Indonesia merdeka. Negara yang lahir atas juang luar biasa pendahulunya. Negara yang lahir dengan semangat mempersatu nusa dan bangsa tanpa menyamakan keberagaman didalamnya. Negara yang lahir dari pemimpin yg tetap berdiri tegak walau peluru bersarang di tubuhnya. Negara yang lahir dari mereka yang tak pernah menyia-nyiakan detik demi detik waktu yang Allah berikan padanya. Negara yang lahir atas kesantunan orang-orangnya pada sesama manusia, bumi, dan seluruh isinya. 

Merdeka!

(Sumber foto: Google images)

Kunang-kunang

Kenapa Kunang-kunang selalu jadi makhluk magis bagi para penulis, perindu kasih, dan perangkai makna?
.....
Bunda Tatty Elmir mengenalkan Kunang-kunang kepadaku. Sebagai pahlawan di jalan sunyi. Penerang di gelapnya sekitar. Yang tak terbuai sorot lensa. Yang tak redup oleh pandangan hati. Ya, Kunang-kunang mencahayai sekitar, dimanapun berada.

Clara Ng mendongengkannya padaku. Ia bilang. Kau tahu kenapa dia dipanggil Kunang-kunang? Aku menggeleng. Karena ia terlalu spesial untuk hanya disebut sekali saja, Kunang. Jadi diulang dua kali untuk menunjukkan betapa hebatnya dia, Kunang-kunang.



Tere Liye berujar. Kalian lihat Kunang-kunang itu. Aku mendongak melihat kumpulan Kunang-kunang yang terbang disekitarku. Terbang dengan cahaya di ekornya. Kecil tapi indah. Begitulah kehidupan. Kecil tapi indah. Seekor Kunang-kunang hanya bisa menyalakan ekornya semalaman, esok-pagi, saat matahari datang menerpa hutan kecil ini, lampu Kunang-kunang itu akan padam selamanya. Mati. Pergi. Tapi ia tak pernah mengeluh atas takdir yang sesingkat itu. Lalu aku bertanya pada diri sendiri, kapan terakhir kali aku mengeluh? Ah, mereka bahkan tidak pernah menangis atas nasib sependek itu. Malam ini, meski mereka tahu besok akan pergi, mereka tetap riang terbang menghiasi hutan. Menyalakan lampu. Memberi terang sekitarnya.




Melek Media


Bismillah,

Kawans, ini adalah kultwit saya tentang melek media. Siapa sih yang gabisa hindari media? Siapa yang ga butuh media? Media seperti mata pisau, diarahkan ke kebaikan bisa banget. Tapi untuk penghancuran, bisa banget juga. Jadi, bijak menggunakan dan mengonsumsi media adalah jawabannya. :) 

Ditengah ngerjain tugas akhir, saya semakin sumpek dengan kondisi media sekarang. Jalan satu-satunya kita harus #MelekMedia #LiterasiMedia

Melek Media ini bukan justru membuat kita anti sama media, tapi justru membuat kita makin bijak dalam menggunakan media #MelekMedia #LiterasiMedia

Kita harus sadar bahwa. Acara TV komersial yang kita saksikan hanyalah umpan utk mendekatkan kita pada iklan (Milton Chen) #MelekMedia #LiterasiMedia

Anak-anak adalah sosok yang paling mudah dirayu oleh iklan, dan pemasang iklan sangat menyadari itu. #MelekMedia #LiterasiMedia

Iklan di TV sangat mempengaruhi apa yang dimakan oleh anak-anak berusia dibawah 12 Tahun (The Institute of Medicine) #MelekMedia #LiterasiMedia

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan ortu/pendamping anak:

1) Bisukan iklannya. Ajak anak menekan tombol mute saat iklan dmulai. #MelekMedia
2) Jadi kritikus iklan. Ajak anak memandang iklan secara kritis. Ajak mereka menilai sendiri iklan apakah masuk akal atau tidak, berlebihan atau tidak #MelekMedia
3) Beri anak jawaban logis yang memungkinkan mereka membongkar jurus periklanan. Contoh: rambut hitam berkilau lurus adalah efek kamera di rambut model #MelekMedia
4) Infokan pada anak tentang tujuan iklan. Ini terbukti dapat membuat anak tidak mudah percaya begitu saja pada iklan. #MelekMedia #LiterasiMedia

Bagaimanapun, orangtualah yang akhirnya memutuskan barang apa yang dilihat dan diinginkan anak di TV. #MelekMedia #LiterasiMedia

Sudah tak terhitung anak yang jadi korban iklan. Korban prtama adalah anak yang merengek minta dibelikan barang tertentu yang tidak penting #MelekMedia

Korban kedua adalah anak yang membeli 'imaji' yang dipantulkan oleh iklan. Ketiga adalah anak yang terperangkap dalam 'imaji' iklan tsb #MelekMedia

Mau bukti? Coba jalan ke sekitar sekolah. Lihat apa yang dipakai anak-anak. Tas barbie, dora, ben 10, Naruto, dll. Seragam boleh sama, tapi jaketnya, tidak. Ada yang bergambar spiderman, batman, dll. #MelekMedia

Di Amerika, iklan busana dan asesoris telah mnimbulkan gelombang sindroma anorexia nervosa dan bulimia pada remaja putri #MelekMedia

Sindrom ini adalah bentuk gangguan makan karena mereka tergila-gila dan mendamba gambaran tubuh super ramping para model #MelekMedia #LiterasiMedia

Korban iklan ini berperang mlawan makanan dengan cara yg tidak sehat, demi mengejar citra supermodel yang kurus, pucat, glamor #MelekMedia

Padahal jelas. Definisi cantik di media dibuat semata-mata karena kebutuhan iklan! #MelekMedia #LiterasiMedia

Di Indonesia cantik itu tinggi, putih. Ini jelas minoritas di Indonesia yang berkulit sawo matang dan tidak tinggi. Biar produknya laku. #MelekMedia

Di barat, cantik itu didefinisikan yang kulitnya gelap sawo matang. Jelas ini minoritas. Biar produknya laku. #MelekMedia #LiterasiMedia

Timur-barat punya definisi cantik yang berbeda. Definisi cantik adalah yang minoritas disana. Biar produknya laku dikonsumsi. Simpel. #MelekMedia

Buat apa menjual produk kulit agar putih di masyarakat yang emang kulitnya udah putih semua #MelekMedia #LiterasiMedia

Sekali lagi, model-model di iklan tv itu fake. Melalui proses editing yang amat panjang. #MelekMedia #LiterasiMedia

Yak, sekian sedikit kegelisahan saya yang masih sangat awam ini. Beberapa saya kutip dari panduan KIDIA (kritis media untuk anak) terbitan YPMA dan pelatihan #GUAIndonesia

Move on yuk! #MelekMedia #LiterasiMedia Bijak menggunakan media :)



"Jangan Salahkan Lupa"

Bismillahhirrahmannirrahim..

Ini bukan yang pertama kali, tapi kuharap yang terakhir. Ya, kemarin Allah mengingatkanku dengan caraNya yang lembut. Menyadarkan akan kekekalan yang sejatinya hanya milik Allah semata.

Ikat unta mu dengan kuat, lalu melengganglah meninggalkannya. Jangan engkau sebut ‘nanti dulu’, ‘nanti saja’, atau ‘ah tidak apa-apa’ sebelum segala daya engkau tunaikan untuk mengikatkan kuat unta mu. Karena kita baru merasa, setelah tiada. Merasa setelah tiada.

“Orang kecil itu selalu membuat masalah kecil jadi besar, sedangkan orang besar itu biasa menghadapi masalah-masalah besar”, kata seorang Bapak kepada anak-anaknya. Kuingat terus itu saat rintang menghadang. Tenang.

Aku jadi ingat, saat masih di bangku SMA, aku adalah si anak berkalung note kecil. Sadar betul akan penyakit lupa. Kubeli buku kecil. Kuberi nama “Commitment Book”. Isinya berbagai janji, tugas, dan berbagai have-to-do-list. Terbukti efektif memang. Tanda centang di sisi kanan menjadi sebuah kelegaan karena itu berarti aku telah menyelesaikannya. Mungkin juga, ini cara yang tepat untuk melatih ingatan kita. Padahal kalo diingat, betapa anehnya berkalung buku kecil kemana-mana. Tapi dasarnya saat itu saya cuek, jadi santai saja berjalan nyengir kemana-mana dengan kalung notes bak penyanyi hiphop.

Ah itu dulu.

Akhir-akhir ini, saat sudah tak lagi di bangku SMA. Bahkan hampir melewati masa kuliah, berbagai deadline project memang menggurita. Aku masih memiliki ‘”commitment book” itu. Tapi belakangan kuabaikan. Tak kutengok sedikitpun. Sempat kutulis beberapa komitmen. Tapi itu pun terlewatkan begitu saja tanpa centang di sisi kanan. Kekuatannya jadi memudar. Aku tak lagi komit dengan si buku komitmen. Terlupakan.

Tapi tunggu, ini bukan tentang lupa. Jangan salahkan lupa jika kita tak berusaha mengingat. Jangan salahkan lupa jika kita saja tak benar-benar menginginkannya. Jangan salahkan lupa. Lupa adalah perpanjangan tangan dari ketidak pedulian dan ketidak berpihakan.

Sampai kemudian, “Kayak gini kok berkali-kali, kalau ngurusin hal remeh temeh aja kamu seperti ini, gimana mau ngurusin hal-hal besar?”, kata Papa kepada saya lewat telfon.

Setelah itu saya diam beberapa detik.

Benar kata Papa. Kata-katanya menyadarkan saya akan pentingnya mementingkan hal remeh temeh untuk kemudian mempertahankan kepentingan-kepentingan besar untuk orang banyak. Terimakasih Pa untuk nasihatnya.

Sudah. Sedih, sudah. Sebel, sudah. Marah, sudah. Sekarang waktunya bebenah. Merapikan puzzle yang sempat berantakan. Menata kembali janji-janji. Seperti ketapel. Dibutuhkan tarikan ke belakang untuk bisa meluncurkan peluru dengan kencang. Tepat sasaran. *emot senyum nyengir*


Ah, maaf jika aku terlalu banyak nyampah di waktumu. Terimakasih sudah membaca catatan kecil ini. Hey lihat, Allah masih menyiapkan udara segar untuk pagi kita, mencukupkan makanan untuk hari hari kita, memberikan pandangan yang sempurna, raga yang sehat, dan berbagai nikmat tak terhingga. Bergegas! :)*emot senyum*

Dua Kata Favorit


Akhir-akhir ini saya lagi seneng banget sama dua kata. Dua kata yang menjadi jawaban atas pertanyaan di benak saya. Dua kata yang menjadi jalan keluar dari berbagai benang kusut di kepala saya. Dua kata yang kemudian selalu saya sebut-sebut di tiap doa. Dua kata yang ketika saya mengingatnya, maka senyum tersungging dari wajah saya.

Suatu hari seseorang mengeluh karena udara panas hari ini. “Ah panas!”.

Seseorang lainnya berkata, kau tahu? Sinar matahari yang sampai ke kulit kita sudah melalui saringan dari berbagai lapisan langit. Sudah di filter agar sinar matahari itu mampu menyentuh kulit kita. Coba kalau sinar matahari menyentuh kulit kita tanpa filter? Bisa terbakar seketika kulit kita ini.

Cerita diatas tadi cuma bagian sederhana dan kecil dari kehidupan. Masih banyak hal-hal yang mungkin bikin kita nggak bisa dengan mudah menerima berbagai kondisi yang ada.

Eh, balik lagi ke dua kata favorit saya. Mau tahu apa? Boleh disebarin kok ke yang lain. Adalah..


Menyenangi takdir! :D

Ketika Takbir Berkumandang Di Segala Penjuru Negeri



Takbir berkumandang di segala penjuru negeri. Wajah-wajah bersinar dari para perindu Ramadhan menghiasi hari yang fitri. Bagi yang benar-benar memanfaatkan ramadhan dengan amalan sholeh, tentu Idul Fitri menjadi kemenangan dalam mendapatkan ‘piala Allah’. Menjadi juara dihadapanNya setelah berlomba-lomba dalam kebaikan selama ramadhan. Namun bagi yang tidak, tentu ramadhan menjadi hambar saja dilewatkan. Seperti sabda Rosul yang berbunyi, “banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga”, naudzubillah.


Ya, Idul Fitri identik dengan sesuatu yang baru. Mulai dari pakaian sampai uang baru. Tapi apa ituaja? Enggak. Ada hal baru yang sebenarnya menjadi salah satu kunci utama dalam memaknai Idul Fitri. Idul Fitri terdiri dari dua kata. Pertama kata ‘id yang dalam bahasa arab bermakna bermakna ‘kembali’. Dan fitri yang artinya adalah ‘suci’. Jadi Idul Fitri secara harfiah berarti ‘kembali suci’. Idul Fitri juga diartikan dengan kembali fitrah, awal kejadian. Artinya, mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah.




Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 172 yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhan-mu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”

Dalam ayat diatas, dijelaskan bagaimana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan yang mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke-Tuhan-an. Namun seiring dengan perjalanannya, manusia mengotori hidupnya dengan dosa dan salah. Dan dosa-dosa tersebut bisa terhapus dengan cara bersilaturahim. Oleh karena itu, bulan syawal menjadi bulan yang penting bagi umat Islam untuk bersilaturahim.

Silaturahim dan berkumpul bersama saudara dalam suasana Idul Fitri memang menjadi kebahagiaan yang lumrah ditemui. Namun sekali lagi, bukan kebahagiaan karena terbebas dari menahan lapar dan dahaga selama puasa. Tapi kebahagiaan menyambut hari raya dengan semangat ibadah yang jauh lebih baik. Kebahagiaan yang dicontohkan Rosulullah dalam merayakan hari raya pun tidak semata-mata untuk kebahagiaan pribadi, tetapi juga orang lain.

Diriwayatkan sebuah kisah yang terjadi di Madinah pada suatu pagi di hari raya Idul Fitri. Rasulullah SAW seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan para muslimin dan muslimah, mukminin dan mukminah agar merasa bahagia di hari raya itu. Semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Namun tiba-tiba Rasulullah SAW melihat di sebuah sudut ada seorang gadis kecil yang sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang. Rasulullah SAW lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.

Rasulullah SAW kemudian meletakkan tangannya yang putih sewangi bunga mawar itu dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya mengapa gadis kecil itu menangis. Tanpa melihat siapa yang bertanya, gadis kecil itu kemudian menjelaskan bahwa Ayahnya telah meninggal saat berjuang bersama Rosulullah. Ia menjadi yatim dan tidak memiliki apa-apa di hari raya ini. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Hasan serta Husein menjadi adik-adikmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Ia kaget saat tahu Rosulullah yang ada dihadapannya. Gadis yatim kecil itu menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah SAW menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan. Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan gadis kecil itu lalu dibersihkan dan rambutnya disisir. Semua memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Gadis kecil itu lalu dipakaikan gaun yang indah dan diberikan makanan, juga uang saku untuk hari raya. Lalu ia diantar keluar, agar dapat bermain bersama anak-anak lainnya.




Rasulullah saw bersabda: ”Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari Kiamat. Allah SWT mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barangsiapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”


*versi lebih formal terbit di Koran Minggu Pagi edisi Idul Fitri.

Eksistensi

Bismillahhirrahmannirrahim..

Berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Mulai dari anak kecil didepan orang tuanya. Caleg yang memperjuangkan dirinya untuk dipilih rakyat. Mahasiswa yang katanya aktivis. Seorang pria di depan perempuan yang dia cinta. Karyawan didepan bos nya. Sampai tukang bakso keliling yang selalu lewat depan rumah. Semuanya butuh eksistensi.


Bagaimana wujudnya? Nah ini nih yang macem-macem. Eksistensi kini bentuknya beragam. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi. Makin memperkaya khazanah ragam cara untuk eksis. Hahaha.

Well, sebelumnya saya mau cerita nih. Suatu saat, saya sedang di dalam perjalanan pulang ke rumah. Saya bertemu dengan segerombolan pengendara motor. Mereka berjalan beriringan dengan menggunakan baju yang sama. Semuanya dominan hitam. Rata-rata dari mereka adalah kaum Adam. Setelah saya perhatikan atribut dan kaos mereka, saya bisa menyimpulkan bahwa mereka adalah suporter sepak bola. Baru pulang dari mendukung tim favorit mereka tanding ceritanya. Nah, saat berhenti di lampu merah ada beberapa dari mereka yang sengaja membunyikan motor mereka dengan keras. Nge-gas-in motor mereka sampe asap melambung kemana-mana. Udah kayak jaman kampanye pas partai kita masih tiga. Dan mereka merasa bangga. La ini menurut saya adalah bagian dari keinginan untuk eksis itu. Sang pengendara motor menunjukkan eksistensinya dengan nge gas-gas in motornya. Biar orang-orang disekitarnya liat. Iya sih, saya akhirnya melihat, tapi jelas bikin polusi. Polusi suara. Menurut saya, ini bentuk eksistensi yang nggak indah dan nggak menguntungkan sama sekali.

Kalo yang berhubungan sama teknologi informasi, macem-macem bentuknya. Temen-teman pasti udah tau sendiri lah ya. Dari bikin status FB, nge-tweet, path, instagram, BBM, WA, Line, sampe nulis blog seperti saya ini nih, itu semua adalah salah satu cara untuk bisa eksis. Tapi bukannya terus-terusan menceritakan semua yang kita lakukan. Dari bangun tidur sampe tidur lagi. Sayang waktu kita!


Loh jadi eksis itu pengen diliat ya? Ya bisa jadi begitu. Salah apa engga? Tergantung pengen diliatnya untuk apa. Nggak ada salahnya kok, asal tujuannya baik dan jangan sampe kita melupakan yang satu ini. Kita wajib banget eksis sama Dia. Wajib terus meningkatkan eksistensi kita didepan Dia. Siapa Dia? Pencipta kita, pembimbing jalan kita, tempat kita bergantung, Allah SWT. Sekarang mungkin banyak sekali dari kita yang ingin eksis biar ‘diliat’, tapi apa mungkin kita juga ingin eksis didepan Dia? Memang, eksis sama Allah itu nggak mengharuskan orang-orang tau. Seperti contoh kisah Andi. Saat itu Andi sedang berada di toilet umum. Saat berada di depan wastafel ia melihat wastafel yang kotor. Disana tak ada orang sama sekali. Kemudian secara spontan ia mengeluarkan sikat gigi yang ada di kantongnya dan membersihkan wastafel itu dengan sikatnya hingga bersih. Setelah itu ia keluar toilet dengan senyum tersungging dari wajahnya.

Kenapa Andi mau melakukan itu? Jawabannya adalah karena Andi yakin Allah akan memberi pahala saat melihat perbuatannya. Jadi Andi sedang caper alias cari perhatian di depan Allah! Boleh? Boleh pake banget! :D

Eksistensi kita sama Allah lah yang utama. Coba kalo eksis didepan manusia, nggak akan ada habisnya. Saya jadi ingat istilah Bunda Tatty Elmir, pahlawan di jalan sunyi. Nah pahlawan di jalan sunyi ini menurut saya adalah orang yang eksisnya luar biasa didepan Allah. Mereka tulus memberi manfaat pada orang-orang disekitarnya tanpa ingin diketahui orang banyak.

Ya, berbicara mengenai eksistensi seperti tak akan habis dibahas. Siapa sekarang yang ga butuh eksistensi? Utamanya, untuk kehidupan kekal nanti. Eksistensi kita di depan Yang Maha. 


*mostly dedicated to me and, you, the readers. :) 
**Ps: Ramadhan sudah didepan mata, pantasin diri dulu buat menyambut si dia (baca: Ramadhan)

Alergi Agama?


Kenapa harus takut dengan God Will?

Bukankah kita hidup di dunia sebagai Khalifa?
Siapa yang menciptakan kita? Allah
Kita hidup untuk siapa? Allah
Lalu kita siapa? Hamba Allah.

Pertanyaan diatas muncul karena ungkapan seorang peserta seminar yang seakan alergi dengan God Will atau  bahkan Agama. Ia ingin menegaskan kepada sang pembicara bahwa Agama tidak penting. Yang sayangnya di-iya-kan pula oleh sang pembicara. Saya tergelitik dengan orang yang alergi dengan God Will, kehendak Tuhan. Saya heran, bukankah kita diciptakan oleh Tuhan kita untuk kembali padaNya. Jadi kenapa kita harus takut pada kehendakNya?
Segala yang kita lakukan di dunia memang idealnya untuk Tuhan. Kita menahan diri untuk tidak mencontek sementara teman yang lain mencontek, itu karena kita tahu ada Tuhan Yang Maha Melihat segala apa yang kita lakukan karena itu perbuatan curang. 

Kita belajar di kelas agar kita memiliki banyak wawasan dan teman agar kita bisa menggunakan wawasan itu untuk kemaslahatan orang banyak. Dengan begitu, Tuhan akan senang karena kita bisa memberikan banyak manfaat untuk orang lain. Saya jadi ingat kata-kata seseorang. "Allah itu ngasih talent buat kamu secara gratis. Nggak etis rasanya kalau kamu menjualnya dengan transaksional. Sebarlah sebanyak-banyaknya, tidak akan rugi tapi manfaat besar untukmu."

Tentang Agama

Seorang pembicara dalam salah satu seminar program ILC Victoria University menjelaskan tentang Ethics. Ia menjelaskan dengan sangat baik konsep Ethos, Pathos, dan Logos. Yang ia jelaskan masing-masing. Ethos sebagai values, ethics, credibility. Logos sebagai relevant evidence dan reasoned argument. Terakhir Pathos sebagai emotion dan social psychology.

Ia kemudian menjabarkan ethics dalam leadership politics yang dipaparkan melalui enam pilar. Liberty, care, fairness, loyalty, authority, dan sanctity.

Setelah seminar saya menyempatkan diri bertanya kepada pembicara. 
Apakah menurut anda agama penting untuk menjadikan kita orang yang beretika?”
Ia pun menjelaskan. Ternyata ia tidak menggunakan kata religion, tapi sanctity, sesuatu yang suci. Ia juga menjelaskan pada awalnya mungkin agama bisa berguna tapi pada saatnya ia akan mengabaikan agama itu. Dari jawaban itu saya tahu, bagaimana mereka kurang yakin dengan pentingnya agama. Mungkin saja, ini terjadi karena kekecewaan mereka terhadap sistem agama mereka atau oknum dalam agama mereka di masa lalu. Sayangnya.


Tentang Kepemimpinan

Bismillahirrahmannirrahim..

Assalamualaikum..
Sahabat, well, saya menulis ini untuk memenuhi syarat essai sebuah program di kampus. Tentang kepemimpinan, dan pas karena juga ada yang request. Jadi... semoga tulisan saya yang bukan siapa siapa ini bermanfaat untuk semua.. :)



Sahabat, pada dasarnya, kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan sebaik-baik pemimpin, awalnya adalah yang mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik. Memimpin hatinya, artinya apa yang ia yakini dalam hati dan ia fikirkan sesuai dengan perkataan dan perbuatannya. Kemudian bisa mengatur hidupnya, artinya ia disiplin dan pandai mengatur waktu. Bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ia hadapi.  

Namun bagi seorang pemimpin di masyarakat, yang memiliki kelompok yang dipimpin, kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya adalah sesuatu yang harus dimiliki. Karena pemimpin seperti ini memimpin pihak lain, bukan hanya untuk dirinya. Ia memimpin sebuah populasi yang berarti ia harus paham karakteristik sifat, kemauan, dan masalah mereka. Karena memahami mereka memerlukan kepekaan itu. Dan tentu, menurut saya seorang pemimpin yang baik adalah yang pernah dipimpin.

Kepemimpinan menurut saya bukanlah siapa yang didepan, tapi siapa yang mampu menggiring. Ibarat penggembala, saat menggembalakan kambing atau bebek misalnya, sang penggembala bukan berada di posisi depan, mudah ‘terlihat’. Hingga terkadang saking asiknya didepan, lupa terhadap gembalanya yang masih ketinggalan jauh. Tidak tahu saat gembalanya ada yang sakit atau ‘diambil’ orang. Tapi sang penggembala berada di belakang. Mendorong gembalanya, mendukung gembalanya untuk terus kedepan. Kalau perlu penggembala memberi ‘asupan makanan’ yang baik agar gembalanya aktif. Dan kalaupun ada yang malas-malasan, penggembala siap memberikan sedikit ‘pukulan’ yang bertujuan agar gembalanya sadar dan terus bergerak. Tapi bukan pukulan yang menyakitkan, pukulan yang membangun. Dan penggembala cepat merespon dan paham jika gembalanya ‘sakit’.

Tapi seorang penggembala akan berada paling cepat di tempat yang paling depan, jika ada bahaya mengancam gembalanya. Ia siap melindungi gembalanya dengan segenap jiwa dan raga. Saya jadi ingat banyak nabi, termasuk Rosulullah SAW yang menjadi penggembala di masa kanak-kanaknya. Sungguh sebuah latihan kepemimpinan yang indah.

Tapi sekali lagi, kepemimpinan bukan soal jabatan yang tinggi, banyaknya populasi yang dipimpin, ataupun kepopuleran. Pemimpin adalah pelayan, fasilitator yang dipimpin. Dan bertindak bukan semata-mata untuk dirinya, tapi untuk kesejahteraan kelompok yang dipimpin.
 
Siapkah menjadi pemimpin? :) Tentu! insyaallah!

 
*Ya Allah jadikanlah perbuatanku lebih baik dari lisanku. Allah Allah Allah..

Wassalamualaikum..

Tak Perlu Tolak Lady Gaga?


Bismillahhirrahmannirrahim..
 
Salam.. :D

Apakabar sahabat? Semoga kita terus bisa memanfaatkan waktu ini untuk berbuat dan berkarya yang manfaatnya baik bukan hanya untuk kita tetapi juga orang-orang disekitar kita.. Amin..

Sebelumnya, saya mengerti, mungkin beberapa pihak kurang berkenan dengan tulisan saya ini. Atau bahkan mungkin teman saya sendiri, tapi dari hati saya, tujuan saya menulis ini bukan untuk melawan atau membenci sahabat yang sudah terlanjur ‘jatuh cinta’ dengan Lady Gaga. Tapi semata-mata untuk menyuarakan suara hati saya, dan memberi tahu sahabat lain yang mungkin belum ada gambaran atas masalah ini.
Saya mengangkat ini juga bukan tanpa alasan. Karena saya menyayangi sahabat semua..

Siapa yang nggak kenal Lady Gaga? Lagunya terdengar dimana-mana, wajahnya terpampang dimana-mana, video klipnya diakses ratusan juta kali di salah satu website sosial media, tiap gerakannya jadi sorotan media, sehingga kita dengan ‘mudah menemuinya’. Apalagi sekarang, Mbak Gaga berencana mau datang ke Indonesia, tiketnya sudah banyak terjual, malah dengar-dengar udah habis, poster dan baliho nya dimana-mana. Antrian tiket luar biasa panjangnya, uang jutaan rupiah digunakan untuk bisa menonton Mbak Gaga. Apa tidak keren? Memang hebat media massa.

Sekarang makin ramai, karena POLRI menolak kedatangan Mbak Gaga atas himbauan dari berbagai pihak. Ini pendapat saya:

1.       Seseorang berkata, “Nggak perlu lah tolak Lady Gaga..”
Jika ada yang bilang ‘tak perlu tolak Lady Gaga’, baik, mungkin sahabat sangat menginginkan menonton konsernya langsung. Tapi, ada media kan yang bisa terus diakses untuk menonton Mbak Gaga. Tidak seimbang manfaatnya. Karena pasti saat Mbak Gaga datang, semua media di Indonesia meliput. Otomatis orang-orang akan melihat sosok Lady Gaga dengan makin mudah di Indonesia.
Kasian anak-anak Indonesia, sebagai peniru ulung, anak-anak lah yang sering jadi korban media. Anak adalah orang yang belum tahu tapi memiliki rasa penasaran yang tinggi. Kalau Mbak Gaga ditiru gimana? Kita tahu kan bagaimana Mbak Gaga berpenampilan dalam bernyanyi?   

2.       Pornografi = merusak
Mungkin ini alasan normatif yang sering didengar. Mengumbar aurat lah, tidak pantaslah. Memang iya. Mau tidak mau kita bilang iya, ini adalah salah satu alasan kenapa kita menolak Lady Gaga. Pakaiannya luar biasa seronok. Video klipnya apalagi. Sudah jelas, tidak bisa dipungkiri. Jika ada yang bilang “orang-orang yang menganggap dia porno itu yang ngeres, yang gatau seni! Lagian masyarakat kita udah dewasa, tau mana yang baik mana yang buruk.”
Sahabat, saya paham ada beberapa pihak yang bisa menerima pakaian atau gaya seperti itu murni sebuah seni. Tapi maaf, itu hanya beberapa orang, sangat terbatas sekali. Kalau memang beberapa pihak bilang itu seni, silahkan dikonsumsi oleh beberapa pihak itu saja. Jangan kemudian men-generalisasikannya. Dan kalau memang ada yang menganggap masyarakat kita itu udah dewasa, tau mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga semua masukan silahkan saja masuk. Lalu bagaimana dengan tingkat pengakses pornografi di internet yang Indonesia menempati ranking pertama di dunia?

3.       Lady Gaga memuja setan?
Lady Gaga sudah mengatakan secara terbuka bahwa dia pemuja setan Lucifer. Ada yang bilang “yaudah sih, emang dengan kita lihat konser dia trus kita jadi ikut jadi pemuja setan?”
Sahabat, sepanjang yang saya ketahui, aktivitas pemujaan setan-anti Tuhan itu secara tak sadar mempengaruhi kita. Karena berulang-ulang, sehingga mempengaruhi alam bawah sadar kita, sekali lagi, secara tak sadar. Mbak Gaga menistakan agama, lewat video klip “Judas”, ia terang-terangan menistakan Kristen-Katolik.

4.       Negara lain juga menolak Mbak Gaga
Sahabat, Cina, negara komunis ini bukan saja menolak konsernya, bahkan seluruh lagu Lady Gaga dilarang diputar dan beredar di sana.
Asosiasi gereja-gereja Kristen dan Katolik di Korea Selatan yang dikenal dengan nama The Korean Association of Church Communication berdemonstrasi besar-besaran menolak konser Lady Gaga, untuk mencegah merebaknya homoseksualitas dan pornografi dikalangan kaum muda akibat pengaruh buruk yang ditularkan oleh Mbak Gaga.
“Konser tersebut menimbulkan keprihatinan yang mendalam karena dinilai telah menyebarluaskan kebejatan moral dengan mengatasnamakan kebebasan berpendapat,” kata Kang Ju-Hyun yang juga ketua kelompok Alliance for Sound Culture In Sexuality.
Washington Post, yang terbit Minggu (22/4/2012), menjelaskan bahwa umat Kristen di Seoul berdoa di gereja memohon kepada Tuhan agar konser Lady Gaga yang digelar di Olympic Stadium dibatalkan.

5.       “Kalo Lady Gaga gajadi tampil, mau ditaruh dimana wajah  Indonesia?”
Sahabat, tenanglah, jika kita dianggap tidak aman, itu karena mereka tidak tahu. Memang saat ini Indonesia sedang mengalami lonjakan konser penyanyi luar negeri. Tapi kita tahu sendiri konser-konser sebelum ini juga tidak bermasalah kan.
Sahabat, Cat Steven juga pernah ditolak masuk Amerika. Yusuf Qardhawi, ulama moderat Arab juga  pernah ditolak masuk Prancis. Ini adalah sebuah sikap. Kita ya harus bersikap, ga cuma ikut-ikutan aja. Nggak cuma cari aman aja. Ketegasan, sebuah karakter.
Sahabat, kita berani bayar konser mahal. Okelah tidak ada yang salah dengan itu. Tapi tak adil rasanya kalo kesenian budaya lokal kita miskin penonton. Padahal jelas itu membawa keuntungan ekonomi untuk orang-orang Indonesia. Padahal dengan kesenian dari budaya kita yang arif dan baik itu kita menjadi negara yang punya identitas. Kalo kita terus terusan membangga banggakan budaya mereka. Kapan kita membanggakan budaya kita? Lama-lama kita bisa TIDAK menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri.
 
6.       “Contoh kemampuannya lah..”
Sahabat, masih banyak yang bisa dicontoh dari orang-orang di negeri kita untuk hal kesenian. Musisi-musisi kita hebat. Lebih banyak akibat negatifnya dari pada positif. Tidak pas rasanya kalau alasan mencontoh kemampuannya jadi alasan.

7.       Kenapa baru sekarang? Kan nggak cuma Gaga? Beyonce gimana?
Memang, tidak Cuma Lady Gaga. Semalam saya mendengar sebuah siaran radio yang membahas tentang ini. Lalu ada pembicara yang terus-menerus mengatakan, “kenapa baru sekarang? Kenapa Beyonce enggak? Beyonce kan juga seronok?”  
Iya, memang Beyonce juga berpakaian minim. Dan banyak juga yang seperti itu di Indonesia. Tapi Mbak Gaga yang menguasai media, apalagi yang lagi naik daun sekali sekarang adalah Mbak Gaga ini. Mbak Gaga jauh lebih terkenal, followersnya di twitter menjadi bukti. Ini sebuah momen.
Kenapa baru sekarang? Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi...?

Semoga bermanfaat.. :)
Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah
Salam


Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers