Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

"Perempuan Berkalung Sorban", satu lagi film yang membuatku makin cinta karya anak bangsa




Assalamu alaikum ya akhi, ya ukhti..!


Alhamdulillah, aku udah sempet nonton film ini, "Perempuan Berkalung Sorban" (anggep aja PBS), sebuah film yang membuatku makin cinta dan optimis dengan karya film anak bangsa. Aku disini bukan seorang kritikus ataupun pemerhati film. Aku cuma pelajar SMA dan pecinta film yang mencoba untuk mengapresiasi sebuah karya negeri sendiri. Dasarnya emang aku suka dunia itu.


Kelas pilihan "Performing Art"(PA) di sekolahku ngadain nonton bareng PBS, tp karena dana sebesar 180-200 ribu gak di setujui, kita swadaya sendiri. Yg ikut (Aku, nety, momon, TM, Farid, Allan, Yogi, Septa, Sari, Zera)~~(intermezzo~~)


Well.., oke langsung aja. Awalnya emang ak udah tertarik banget sama nih film, mengangkat soal perempuan, sutradaranya Hanung, udah gitu penulis novelnya adalah istri dari guru PA ku. Waww.., *kenapa aku gak ikut castingnya ya*. Aku sempet baca2 di koran, tabloid, dan liat di TV soal film ini. Aku makin penasaran, karena banyak yang bilang ceritanya sangat sensitif dan Hanung siap menanggung kontroversi *bener g si tulisan kotroversi nya*. Apa? menanggung kontroversi?, emangnya film seperti apa? *maklum gtw novelnya*, sebegitu vulgar kah?, sebegitu menyinggung kah?


Nah.. pertama kali film dimulai Mas Hanung udah menyuguhkan tata sinematografi *berat euy*dan pencahayaan yang bagus banget. Pokoknya skill nya dikeluarin banget deh. *hhaha, tau apa kamu ron..*. Waktu cerita dah masuk intinya menurutku belom pernah ngebosenin, mataku selalu tertuju sama layar. Ya sama waktu aku sengaja liat orang2 disekitarku, serius abis!, seperti g mau ketinggalan 1 scene pun. Sama kayak aku sih. Dan satu yang paling penting, ceritanya gak gampang ditebak.


FIlm ini mengambil latar belakang tahun 91-92an di daerah Jombang (pesantrennya), *eh, jd inget guru Universalisme Islam ku d skul, beliau jg anak pesantren Jombang, hhaha, jangan jangan... ~~ apa sih*. Menceritakan seorang anak kyai bernama Annisa yang berani melawan arus yang sudah ada dalam pesantren itu. Pesantrennya memang pesantren tradisional yang kaku, enggak ngebolehin baca buku kecuali dr pesantrennya sendiri, menganggap perempuan hanya bisa di dapur jadi istri yang baek, dan semacamnya. Annisa dinikahkan sama anak kyai , padahal Annisa sangat tidak mau. Annisa masih cinta dengan Khudori yang meninggalkannya untuk sekolah di Al Azhar, Kairo. Dan disitulah perjuangan dan kesengsaraan Annisa dimulai. Abi nya yang sangat kaku, dan Umi nya yang sangat patuh perintah suami.


Rona nggak bisa ngejelasin sampai detailnya, makanya tonton film ini. Dijamin nggak rugi.


Scene paling berkesan:
1. pas di kelas ngliat ekspresi wajah santri wktu diajar *mungkin aku akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi mereka*

2. Pas annisa bangun dr tidurnya, kea mimpi gtu, kirain beneran padahal udah nangis, eh emang beneran.. brrr

3. Waktu khudori ngrayu Annisa *pas udah nikah lo*, mupeng banget

4. Pas ending Annisa plg bersama santri yang kabur, dan mengucapkan sesuatu yang membuat para santri mencium tangannya

5. Ketabrak mobil (gimana mbikinnya tuh)

6. Waktu temen lama Annisa di pesantren ketemu di jogja, dia bilang ada temennya yg namanya siti, sekarag g mau dipanggil Siti, maunya Sita. (Wakkaka, itu Indonesia abis!)

7. Waktu Annisa benar-benar putus asa, dan meminta khudori untuk berzina sama Annisa. Bukan apa2, tp ini bener2 enggak diduga. (Di scene ini gak ada adegan buka2 an loh)

8. Adegan Annisa dan Khudori mau di lempar batu karena dituduh berzina. Tapi Ummi berteriak dan mengucapkan sesuatu yang membuat semua orang mundur dan tidak berani melempar batu ke arah mereka berdua, termasuk kyai disana. = "Hanya yang tidak pernah berbuat dosa saja yang boleh melempar batu ini"


Congratulation:

Bu Abidah El Khaliqie :(novelnya laen dari pada yang laen buk, bagus!, termasuk akting ibu di film itu, hehehe, eksis juga :D)

Mas Hanung Bramantyo :(wah, kliatan skillnya gak maen2, aku emosinya di aduk2 nih.., buat aktingnya mas hanung, eksis juga, hhaha. Kapan saya Rona Pildacil dari Jogja *narsis* yang sudah beranjak remaja ini diajak maen film? *hhaha ngarep*, mencari kesempitan dalam kesempatan. Apa sih

Buat Revalina: filmnya laen sama yang pernah dia peranin, berani ngambil resiko, perannya total

Dan semua yang bekerja untuk film itu.

TIPS: Kalo buat anak SMP, mendingan didampingi ortu. Buat anak SMA insyaAllah udah bisa ngebedain mana yang baek dan buruk. Memang ada adegan2 mesra, tp enggak porno atopun bikin orang berpikir aneh2. Enggak kayak adegan nya DS dan MZ di film UTT. Atopun adegan aneh2 di film TPP.

Trimakasih secara pribadi dari aku, karena membuatku terinspirasi untuk bikin film pendek yang sarat hikmah dan mampu membuka pikiran masyarakat. tentu dengan segala keterbatasan yang Rona miliki.

Jazakallah.Wassalamualaikum...

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers