Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Showing posts with label my performance. Show all posts
Showing posts with label my performance. Show all posts

Ngenalin Trimbil di Sydney


(Mendongeng di Australia bag 3)

Saat itu seluruh storytellers dibagi ke beberapa kelas sesuai minat. Saya memilih salah satu kelas yang saat itu dimulai dengan meminta seluruh peserta memikirkan satu tokoh dalam dongeng. Yak! Baru masuk udah diminta presentasi satu-satu. Mulai deh deg-degan. Tokoh yang pertama kali terbersit di pikiran dan ngga pergi-pergi adalah si Trimbil. Tokoh dongeng saya yang sudah melegenda. Melegenda di pikiran saya sendiri, hahaha.

Karena kebetulan saat itu satu kelas dengan Simon si kartunis yang keren, saya jadi dapet ide! Yaitu menjelaskan tokoh dengan gambar. Lumayan bisa membantu, pikir saya. Tapi jangan dibandingkan gambar saya dengan Simon si kartunis, tentu bagai pinang dibelah dua, tapi yang satu dimakan Codot. Nggakpapa, setidaknya saya masih punya sisa-sisa ilmu menggambar yang diajarkan guru gambar saya saat masih SD.

Tibalah giliran saya. Saya minta ijin kedepan untuk menggambar di flipchart. Sekitar 30 detik berlalu dan jeng-jeng-jeng. Inilah gambar saya tentang sosok Trimbil. Saya menjelaskan sedikit detail-detail tentang Trimbil. Seperti kegundulannya, sarung yang selalu dia pakai, dan kakinya yang selalu dihiasi sendal jepit. Cringgg..! *Lah kok mirip Upin Ipin? XD

Semua orang mengangguk-angguk lalu bertepuk tangan. Dan saya pun berhasil memperkenalkan Trimbil di Sydney. Trimbil selamat ya...!  


suasana kelas (2)

Suasana kelas (2). Kalau jeli, gambar Trimbil ada di flipchart yang kecil.

Kurang jelas? Ini lebih dekat. Plis jangan diketawain. Plis!

- Rona

Dongeng Dari Timur

Dongeng Dari Timur adalah sebuah projek yang bertujuan untuk menanamkan nilai anti korupsi sejak dini melalui dongeng.

Projek ini adalah kolaborasi saya dengan Maxima Indonesia dan teman-teman kolaborator lainnya seperti Forum Indonesia Muda, Angkatan Perubahan, dan tidak menutup kemungkinan dengan teman-teman komunitas lainnya, kami terbuka.

"Nggak usah ngomongin anti korupsi deh, nanti banyak musuhnya" kata seseorang kepada kami saat memaparkan projek ini. 

Ya, projek ini dimulai April lalu, itu pun sambil memanfaatkan projek lain Maxima Indonesia di NTT. Antusiasmenya luar biasa. Saya menangis melihat binar kanak-kanak di Kupang saat itu. Bukan hanya anak-anak, para pendidik yang hadir dalam Kelas Mendongeng juga begitu antusias. Bahkan mereka menindaklanjuti dengan membuat sebuah Komunitas Badongeng NTT. 

Tapi antusiasme mereka ternyata belum sama dengan antusiasme donor. Sampai saat ini kami masih berjuang mendapatkan donor untuk projek ini. Semoga satu titik awal di Kupang ini bisa dilengkapi dengan 9 titik lain di timur Indonesia. Projek ini terbuka untuk kolaborasi. Teman-teman di timur Indonesia silahkan mengajukan daerahnya melalui kontak di video kedua dibawah ini.

Tentang mengapa dongeng, mengapa anti korupsi, dan mengapa timur saya jelaskan di video pertama yang dibuat oleh teman-teman penggerak di NTT melalui NTTalks dibawah ini.






Mendongeng di Australia!


Sebenernya pengalaman ini udah dua tahun berlalu, tapi belum sempet ditulis. Semoga masih ada manfaatnya jika dibaca sekarang, terutama buat saya sendiri.

Pengalaman mendongeng di sebuah acara monthly storytellers event di Wellington, New Zealand, membawa saya mengenali lebih jauh tentang dunia storytelling di luar negeri. Banyak “oh begini to...” dalam pikiran saya. Menarik sekali. Hingga karena keterbukaan teman-teman di New Zealand, mereka mengundang saya bergabung dalam sebuah grup facebook beranggotakan para storyteller di New Zealand. Saya sangat tersanjung.

Obrolan grup sama seperti kebanyakan grup lainnya. Mereka banyak sharing tentang dunia storytelling. Dari situ saya banyak belajar. Hingga suatu ketika ada sebuah pengumuman seleksi storyteller untuk tampil dalam Sydney International Storytelling Conference 2014. Tertarik banget untuk ikut seleksi ini, walau kemudian sempet jiper juga karena kepikiran “emang aku bisa apa?”. 

Tapi dibuang jauh-jauh lah pikiran pikiran itu. Percaya diri aja dulu dan apa salahnya mencoba?

Akhirnya memberanikan diri ikut deh seleksinya. Bikin dua video mendongeng. Direkam di studio kampus. Minta tolong Endar, si adek kelas baik hati, buat ngrekamin waktu itu. Daftar deh.

Hari H pengumuman pun tiba. Belum ada email masuk. Sampe hampir lewat hari—kalo di Indonesia. Insecure dong, terus kirim email ke panitia, memastikan apakah lolos atau tidak, apakah jika tidak terima email berarti ga lolos, dan seterusnya dan seterusnya. Eh, ting! Dibales dengan cepat, katanya minta maaf terlalu lama pengumumannya karena tingginya antusiasme pendaftar. Iseng cari di email, ternyata masih ada, ini dia cuplikannya:

“Dear Rona,
The emails are just going out now. There were a large number of proposals this year. We are happy to confirm that you have been selected to tell a story at the Family concert on Sunday afternoon June 8th.
The Selection committee would like your second story with the larger puppet to be edited a little to present in a slightly shorter time.  Your inclusion in the program would be wonderful and offer a lovely insight into your culture.

.......”

Wah bahagia banget! Tapi bahagianya cuma bentar. Karena dilanjutin mikir gimana caranya dapet uang untuk beli tiket dan akomodasi disana. Panitia memang tidak memfasilitasi tiket atau akomodasi. Ini adalah hal biasa dalam storytelling festival yang membuka open proposal untuk international storyteller atendee. Saya sih belum pernah menemukan yang provide tiket atau akomodasi.

Tapi ini kesempatan besar, dan acceptance as a selected storyteller saya fikir bisa jadi bahan untuk cari donor.

-bersambung

"Kata Ibu"

Soekarno pernah berkata “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku mengguncang dunia!”
Hatta pun berpesan “Hanya ada satu negara, negara itu tumbuh dari perbuatan, dan perbuatan itu perbuatanku”
Dan banyak lagi, kalimat indah yang membakar energiku untuk berjuang menjadi seorang yang disebut-sebut sebagai aktivis!

Darah mudaku mengalir
Aktivitasku padat
Bahkan untuk menyapaNya pun aku tak sempat
Bergerak ku ke berbagai tempat
Menjunjung tinggi itu yang disebut amanat
Amanat rakyat

... ibu memanggilku? ... aku lelah bu, hari ini tugasku menjadi konseptor acara, aku ingin tidur...
Apalagi bu?..

Sampai aku lupa ada dia yang tiap saat mendoakan untuk suksesku
Mengharap ceritaku
Dan menanti kehadiranku

... Ibu, kenapa engkau bersedih?... Iya, sudah lama ya bu tidak berbincang seperti ini .. Apa? Ibu ingin mendengarku menyanyi?.. baiklah.. lagu yang selalu aku nyanyikan dulu ya bu...

Ambilkan bulan bu, ambilkan bulan bu, yang slalu bersinar di langit..
Di langit bulan benderang.. cahyanya sampai ke bintang..
Ambilkan bulan bu, untuk menerangi.. tidurku yang lelap di malam gelap..

(ibu memberikan tulisan untuk dibacakan)

Untuk anakku tersayang,
Nak, ingatkah kau lagu ini?
Dulu engkau selalu meminta ibu untuk meraih bulan
Kini, saat engkau telah meraih sedikit cahaya bulan
Kenapa ibu jadi sulit meraihmu?


Peluk sayang, Ibu



Rona Mentari - Okt 2012

(Sajak ini dibacakan saat Aksara Bulan Purnama - KAFHA Laboratory for humanity and culture - di Taman Peradaban Universitas Paramadina)
(PS: It's been a long time since my last post in blog. Starts now I try to commit to share post at least once a week. Stories are around, write it down to make it more useful)

Festival Bercerita di Singapura

Hari sudah sore saat kaki ini menapakkan kaki di Bandara Changi Internasional Singapore. Delay waktu hampir dua jam di Indonesia membuat jadwal awal jadi berubah. Bersyukur bisa makan gratis di lounge sambil nungguin delay. Kalau engga, butuh dana lebih buat memadamkan kelaparan di atas pesawat. Kan mahal.. *sambil nunjukin kartu mahasiswa*.


Saya ke Singapore dalam rangka Singapore International Storytelling Festival. Awalnya berencana pergi bareng temen, terus kemudian sendiri, tetapi akhirnya saya pergi berdua, bersama sepupu, Via namanya. Mahasiswi kedokteran hewan UGM ini beberapa kali gagal liburan. Dengan alasan tutorial, temen ngga jadi berangkat, dan lain-lain. Karena iba melihatnya, dengan kebaikan hati seorang kakak sepupu, maka saya menawarkan untuk ikut ke Singapore bersama. Hehehe. Yes, kami berdua.

Sampai di Changi, sudah ada teman saya, Bening, mantan mahasiswa NTU yang baru aja wisuda. Dia membawa kertas bertuliskan nama saya. Asik, udah cocok jadi guide Ning! Alhamdulillah, karena sebuah forum bernama Forum Indonesia Muda, saya jadi punya banyak temen. Salah satunya di Singapore ini. Jadi mereka lah yang saya repotkan mulai dari tanya-tanya sampai jemput kesana kemari di SG. Selain Bening ada juga Kak Vina yang udah lulus S2 dan sedang internship di SG, lalu Ridwan yang kerja dan tinggal di SG bareng istrinya, dan banyak teman lainnya dibawah naungan Forum Indonesia Muda ini. J

The Festival


Berawal dari bergabungnya saya di sebuah grup storyteller Wellington, New Zealand. Saya jadi kenal banyak storyteller dunia, di dunia maya, salah satunya Singapore. Sedikit stalking soal storyteller di Singapore. Ternyata mereka punya jaringan yang sudah teroganisir dengan baik dan diakui pemerintah. Mereka juga sering mengadakan acara-acara. Wah iri sekali dengan mereka. Karena di Indonesia sepertinya belum ada yang seperti ini. Kalaupun ada adalah komunitas yang dibangun sendiri oleh para pendongeng. Itu pun biasanya terkotak-kotak. Belum bisa mengumpulkan semua jenis storyteller. Dan belum ada jaringan storyteller resmi yang diakui pemerintah. Ternyata benar, stalking saya tentang storyteller di Singapore semua terbukti saat sampai di The Art House, venue tempat diadakannya SISF (Singapore International Storyteller Festival). Betapa pentingnya mereka menyadari sebuah cerita sehingga pencerita pun juga dianggap penting.

Satu hal yang paling saya suka adalah tagline dari SISF 2013 kali ini, yaitu “weaving words, connecting cultures” yang secara bahasa berarti “menenun kata, menghubungkan budaya”. Dalam festival ini, selain bertemu dan menjalin relasi dengan teman-teman storyteller dunia, saya berkesempatan untuk bercerita, ikut workshop, dan menonton International Storyteller Showcase. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia. Yang terbanyak tentu saja dari Singapore. Yang lain ada dari Newyork, Australia, Alaska, France, Malaysia, Philippines. Sayangnya, dari Indonesia, hanya saya satu-satunya. Jadi kudu pinter-pinter berbaur deh.

Bukan hanya professional storyteller, ada juga banyak profesi yang sengaja datang menikmati pertunjukan di festival karena kesadaran mereka atas pentingnya sebuah cerita. Dalam storyteller showcase oleh Singaporean, ada tujuh storyteller yang bercerita. Bermacam-macam cerita yang mereka sampaikan. Ada yang tentang fantasi awal munculnya matahari di siang hari dan bulan di malam hari, sampai cerita Abu Nawas yang sudah biasa saya dengar di Indonesia. Berbeda dari kebanyakan di Indonesia, pertunjukan cerita ini lebih banyak ditonton oleh orang dewasa. Jadi storyteller pun cukup terbantu dengan penonton yang nggak ribut atau tiba-tiba nangis pengen pipis. Hehe. Ya, pertunjukan dongeng disana dibuat sedemikian rupa seperti sebuah pertunjukan seni. Dengan standar yang tidak boleh ada kamera dan tidak boleh keluar ruangan selama pertunjukan berlangsung. Jadi, saat ruangan sudah dikondisikan seperti ini, secara otomatis akan membuat audiens fokus. Seperti dibawah ini stage nya.


Storyteller dari Singapore ini juga semuanya dewasa. Tebakan saya, semua diatas 30 tahun. Tapi jangan salah, mereka masih punya semangat dan kemampuan yang oke. Salah satu yang paling menarik adalah duo pencerita keturunan India, namanya Kiran dan Rosemariah. Kedua perempuan ini bercerita dipadu drama. Tingkah polahnya sering mengundang gelak tawa penonton, termasuk saya. Interaksinya dengan penonton juga menarik dan sesuai dengan isi cerita. Itu yang membuat kita sebagai audiens hayut dalam cerita mereka. Oh iya sebelumnya maaf jarang ada gambar, terutama saat aktivitas saya dan storyteller yang lain. Pertama saat showcase gaboleh ada kamera. Kedua, selama acara, saya sendiri *nggak bawa temen* jadi nggak ada orang buat dimintain tolong motret :D hehe.

Ada juga storyteller dari Amerika yang nyentrik dandanannya. Tapi jujur di tengah cerita sampai akhir, saya nggak ngerti apa yang dia ceritakan. Hahaha. Ia menggunakan cara bercerita seperti puisi. Di beberapa bagian ia berbicara dengan tempo sangat amat cepat. Goodbye! Hahaha. Yang menarik lagi ada storyteller dari Alaska. Ia bercerita tentang seorang anak yang ingin menjadi penari burung. Awesome! Dengan memamerkan kostum tradisi tarian burung yang ia bawa dari Alaska, interaksi dengan penonton, backsound suara, dan ekspresinya, menurut saya ia pintar memodifikasi sebuah cerita menjadi pertunjukan yang apik. Dan banyak lagi berbagai cara bercerita yang tentu menjadi wawasan baru bagi saya.

Tapi, well, secara keseluruhan, saya masih bisa bilang bahwa Indonesia punya banyak storyteller berbakat yang nggak kalah sama mereka. J

Dalam workshop saya berkesempatan menampilkan sebuah cerita. Tidak lupa bawa wayang dan diawali dengan suluk. Suluk itu adalah introduction dalam adegan wayang. Diucapkan dengan nyanyian mendayu oleh dalang, dengan bahasa jawa kuno. Tapi kali ini jelas pakai Bahasa Inggris. Maunya sih Bahasa Jawa aja :D

Saya bertemu Len Cabral, storyteller dari Amrik yang ada dalam workshop itu. Kami banyak ngobrol. Storyteller berambut gimbal yang nyentrik ini juga sangat apresiatif dan memberi saya banyak ilmu. Di akhir, saya sengaja memberikan wayang kulit yang sebelumnya saya tampilkan, kepada Len. Katanya ia akan pakai suatu saat nanti saat bercerita. My pleasure! J Ssst, salah satu mimpi saya adalah bercerita di Amerika. Semoga ini awal yang baik untuk salah satu mimpi saya itu. Amin.


Ya, hari-hari itu membuat binar mata saya berlebih-lebih. Allah Maha Baik memberi kesempatan itu. Semoga bekal yang baik juga untuk kedepannya. J





















*Foto kiri: Ini dia storyteller Kiran dan Rosemariah yang berhasil buat saya terpingkal!
*Foto kanan: Bersama Kamini, ia adalah singapore storyteller sekaligus juga art director disini. Dia lah yang jadi perantara saya dan program ini. Fotonya merem, kami lagi ngobrol sambil ketawa2 soalnya, nggak fokus. Hehe



Mereka Memang Luar Biasa


Bismillahhirrahmannirrahim,

Sahabat, ini adalah kisah pengalaman saya saat pertama kali diminta mendongeng didepan anak-anak siswa SLB. Sebuah pengalaman yang mengkayakan. :) 


Kendaraan kami memasuki pagar dan gerbang ber cat biru terang. Sekilas ada papan putih bertuliskan SLB, Sekolah Luar Biasa. Bersama kakak, hari ini, di bulan syawal, adalah jadwalku untuk menjadi juru dongeng. Tapi berbeda dari yang lain, untuk pertama kalinya, aku akan mendongeng didepan anak-anak murid SLB. Menarik sekaligus menegangkan. Ini adalah pengalaman pertama. Aku benar-benar penasaran berada di tengah-tengah mereka. Tapi aku juga takut tak bisa berkomunikasi dengan mereka. Tapi, Ms Neti, mantan guru SMA ku sekaligus yang menjadi perantara untuk mengundangku mengatakan, anak-anak disana sangat komunikatif dan senang kalau aku bisa hadir.

Setelah memasuki ruangan aula besar, aku melihat anak-anak luar biasa ini. Ternyata mereka sudah menunggu. Sesekali beberapa anak melambaikan tangannya padaku. Jumlah mereka tidak sedikit, dengan seragam sekolah yang berbeda-beda. Dari yang berseragam SD, SMP, sampai SMA. Aku mengamati mereka, unik. Tapi jujur, aku masih takut, bisakah aku mendongeng di depan mereka? Gitar disiapkan oleh kakakku. Setelah bersalaman dengan guru-guru, pembawa acara mempersilahkan aku kedepan.

Pikiranku melayang, mengingat apa yang aku niatkan untuk acara ini. Aku berniat untuk bersenang-senang dengan mereka, mengajak mereka berbicara, menghibur mereka, itu saja. Aku tidak akan menjadikannya beban. Karena yang dibutuhkan adalah komunikasi, senyum, dan kebahagiaan dari hati. Aku memulainya dengan bahagia, biarlah Allah yang menentukan hasilnya.

Bismillahirrahmannirrahim... Untuk mengkondisikan suasana, aku memulai dengan menyanyikan lagu Insan Utama, Hadad Alwi diiringi gitar. Mereka mulai merespon, ada yang bertepuk tangan. Ada yang memandang serius. Ada juga yang mencoba untuk menyanyi walaupun aku tahu dia tak hafal. Respon awal ini mengagetkanku. Salam pembuka ku dijawab dengan serempak. “Ulang salamnya, masih ada yang belum jawab, nanti yang jawab salam Rona doakan dapet nilai ujian yang bagus..”. Mereka menjawab mantap “Aminnn..”. Masyaallah, bahkan ini diluar dari bayanganku.

Aku menyapa mereka. Mereka pun membalas dengan wajah yang berbinar. Ya, keterbatasan mereka tak mampu menyembunyikan binar-binar itu. Dongeng kambing bernama Dompu dan Bul bul menjadi pilihanku. Aku pun bertanya, pertanyaan yang awalnya aku ragu mereka bisa menjawab. “Apa pelajaran yang bisa teman-teman ambil dari dongeng tadi?”, tanyaku bersemangat. “Harus mau mengalah!”, “Kambing!”, “Harus jujur!”, “tidak boleh berkelahi”, dst. Ternyata dugaan awalku salah, maafkan aku ya teman. Aku tak menyangka. Lagi-lagi mereka membuatku bangga. Mereka menjawab dengan jujur, walaupun ada beberapa yang tak tepat, tapi aku tak bisa menyalahkan mereka. Karena cara berpikirku dan mereka juga berbeda. Dan keberanian mereka untuk mengungkapkan pendapat saja sudah lebih dari cukup untukku. Sesekali aku mendekat, berdialog dengan mereka. Juga dengan Trimbil yang aku bawa hari itu.

Lagu Jangan Menyerah menutup perjumpaanku hari itu. Mereka ikut menyanyi, binar-binar mereka memenuhi ruangan aula. “Allah pasti kan menunjukkan... kebesaran dan kuasanya... bagi hambaNya yang sabar dan tak kenal putus asa...” ada sesuatu mengalir di rongga dadaku. Hampir saja air mataku tumpah. Tapi lebih dari itu semua, semoga pesan semangat itu sampai.

Antusiasme, sikap menghargai, keberanian, percaya diri, tawa, dan senyum mereka hari itu, mengajariku banyak hal. Saat kami teman-teman muslim berdoa pun, teman luar biasa yang beragama nasrani menyesuaikan, tak kalah khusyuknya. Aku bersyukur, lewat Ms Neti, Allah mempertemukanku dengan orang-orang luar biasa ini. Aku miris, dengan kisah-kisah dibalik kehidupan mereka yang getir, tak jarang dibuang, dikucilkan, atau disembunyikan oleh keluarga mereka sendiri. Subhanallah.

Aku yakin, Allah menciptakan sesuatu dengan maksud. Kita manusia diminta “IQRA”, membaca segala tanda-tanda yang Allah ciptakan. Dan hari ini, Allah bermaksud mengajariku tentang rasa syukur, sikap menghargai, istiqomah, keikhlasan, dan kehidupan melalui insan-insan luar biasa dengan segala ‘kelebihan’ mereka. Subhanallah walhamdulillah walaaillahailallahu allahuakbar...


Terlibat dalam 'Budi dan Kerti'

Assalamualaikum..

Alhamdulillah, saya berkesempatan terlibat dalam syuting 30 episode awal Budi dan Kerti di TVRI yang ditayangkan setiap hari Senin-Jumat jam 8 pagi. Walaupun sebenarnya saya harus mengorbankan kuliah selama 1 minggu. Awalnya bingung memang. Tapi jika kita mengerjakan keduanya. Pasti akan setengah-setengah. Tidak akan ada yang berhasil. Jadi mau tak mau, kali ini sekali lagi saya harus memilih. Dan kali ini syuting budi kerti menjadi pilihannya. Oke. Its my turn.

Awalnya saya pikir pekerjaan ini tidak akan begitu berat. Hanya mendubbing boneka dan menggerak-gerakannya saja. Itu saya banget. Tapi, ternyata salah. Ini pekerjaan yang berat. Bekerja lebih dari 13 jam sehari. Dari jam 9 pagi sampe 12 malam. Memberikan nyawa pada boneka yang hanya memiliki satu wajah. Ibaratnya kita harus memberi nyawa boneka hanya dengan suara kita.




Ditambah berat lagi ketika fisik begitu dikuras karena saya harus mengangkat tinggi boneka yang cukup berat itu dan karena kesalahan teknis pembuatan boneka, saya harus berusaha keras dalam menggerakkan mulut bonekanya. Awalnya sungguh sangat berat. Jari-jari tangan saya kram. Tapi subhanallah, ini adalah jalan yang luar biasa.




Bertemu dengan orang-orang dengan berbagai macam jenis dan karakter, menyenangkan. Mereka semua hebat.

Saya bercuap-cuap di balik layar sambil menggerak-gerakkan boneka. Menjadi pengisi suara Budi. Seorang anak laki-laki. Hhaha, bisa dibayangkan seorang perempuan seperti saya yang harus menirukan suara anak laki-laki.





Banyak situasi yang terjadi dibalik layar. Apalagi kita menjalankan boneka sebagai pemeran utamanya. Seperti Om Pastel (salah satu kru) yang harus ‘ngesot’ kemana-mana untuk menjalankan boneka. Kami yang tidur di mana saja di area studio saat ada jam kosong. Kotornya tembok studio karena ulah anak-anak, talent syuting yang jahil. Kocaknya Om Joy (salah satu sutradara) dengan gaya ala anak-anak autis. Atau bagian kostum yang harus kejar-kejaran dengan anak-anak talent karena berlari kesana kemari. Atau Kak Kevi (partner dubbing) dan saya yang meringis sambil menggerutu di balik layar saking capeknya tapi didengar oleh Kak Ade (switcherman) karena mic dubbing kita belum mati. Sampai tangan saya yang di sengar tawon yang masuk ke boneka gara-gara tempat syuting kita di studio alam depok yang seperti hutan. Hhaha, super sekali!


Bersama Paman Apid, produser, sutradara, dan para kru yang luar biasa kami bekerja. Pekerjaan yang sebenarnya cukup menguras tenaga kita jalani saja dengan senang. Sudah seperti keluarga, walaupun saya bersama mereka dalam 10 hari saja. ‘Bersama Budi dan Kerti setiap hari....” :)

Wassalamualaikum...

My First Time in Sumatra


bismillahirrahmannirahim
Assalamualaikum..

blogging time! oke, selama 17 tahun aku hidup di dunia, aku belum pernah ke sumatra. Jawa Bali aja yang dikunjungin. Bukan apa-apa, karena emang nggak ada sodara deket yang tinggal disana. Sering sih kepikiran untuk pengen pergi ke pulau lain selain jawa atau Bali. Tapi, waktu itu nggak pernah terwujud, nggak masalah sih. Lagian kan juga ntar mau ngapain kalo nggak ada tujuan. Waktu berjalan, di SMA banyak temen temen yang asalnya dari bumi andalas itu. Riau, palembang, medan, aceh... wah pengen bgt ke sumatra.

Sampai pada suatu saat, ada telfon dari seseorang untuk ngundang aku sebagai pengisi acara istighosah dan pembagian santunan anak yatim di Riau. Waww... *bayangin yang asik asik*. Sebelumnya pernah juga, ada job di palembang, tapi karena satu dan lain hal, nggak jadi deh. hhuhu. Ternyata Allah Maha Baik, nggak jadi ke Palembang, tapi diganti ke Riau. Alhamdulillah, thank you Allah.

Seneng banget rasanya. Padahal bukan untuk liburan lo, tapi perform disana, tapi gak tau kenapa rasanya seneng banget.

Oke, berangkat hari Minggu sore, sampe di Riau malem jam 10 11an . Ngrasain pertama kali transit naek pesawat. Ini nih yang nyebelin, maskapai pesawat yang tak pake, yang berinisial LA itu delaynya masyaAllah. Bikin jetlag . Bagian ini bikin mood nggak enak, ditambah lagi HP yang nggak bisa dipake. Dan usut punya usut ternyata tuh hape nggak bisa dipake keluar kota kalo belom di aktivasi, CDMA sih. Tapi itu nggak masalah. Hitung-hitung tambah pengalaman.

Sampe bandara Riau, langsung naek taksi ke hotelnya. Karena di Riau lagi ada acara Rakernas sebuah partai, taksinya suka nakal. Nggak pake argo, kasih harga seenak sendiri. Tapi nggak papa, hitung-hitung sedekah. Sampe deh di hotel Grand Zuri. Disitu kami bertiga istirahat dan jadi tempat basecamp.

Esoknya hari Senin, kami survei tempat, check sound, dan latihan di kamar hotel pake keyboard gitu. Semoga yang diluar nggak kedengeran.hihihi. Tempat performnya di lapangan besar, dibikin tenda. Disana saya perform di acara istighosah, berdoa dan dzikir bareng 3000 anak yatim dan salah satu tokoh nasional (Bapak Aburizal Bakrie aka Pak Ical).

Perform dimulai dengan shalawat. Sambil nunggu Pak Ical, saya yang perform untuk menghibur, berbagi kisah kisah penuh hikmah, dan nyanyi bareng anak anak yatim. Subhanallah, mereka komunikatif dan atraktif. Jadi thausiyah yang Rona sampaikan jadi hidup. Setelah itu saya turun panggung, dilanjutkan dengan dzikir bersama para alim ulama setempat. Setelah itu Pak ICal datang. Nah ini yang diluar rencana. Aku disuruh membawakan acara bareng Pak Ical. Mantap.

Pak Ical naek panggung, saya dibawah panggung performnya, dimulai dengan renungan yang biasanya aku pake. Lalu, shalawatan dan nyanyi bareng anak anak yatim. Kemudian berdialog antara pak Ical dan anak yatim. Sambil nyanyiin yel yel dari anak anak yatim buat beliau. Oke, yang pas Rona pimpin yel yel, nervousnya... nggak kayak biasanya. hhahaha. tapi its ok.

Banyak wartawan disana, katanya Mama, aku sempet ke shoot di beritanya AnTV, hhaha.

Alhamdulillah acara berjalan lancar..., walaupun sebelumnya sempet ada kendala di sana sini. Itulah kuasa Allah, Ia akan memberikan kemudahan setelah kesulitan kesulitan datang.

Dari situ kami makin belajar profesionalisme sebagai performer, ridho Allah (karena semua itu nggak akan terlaksana tanpa izinnya), dan tentu anak-anak di Riau yang haus akan ilmu (baik ilmu agama, maupun ilmu ilmu lain).













(Aku yang pake jilbab UNGU)

Terimakasih Allah, terimakasih semua... Thats my first experience in Sumatra yang akan dilanjutkan ke perjalanan - perjalanan ke sumatra selanjutnya. Aminn

Wassalamualaikum

Thausiyah dan Entertainer


Assalamualaikum..

Saya jadi inget waktu ada jadwal thausiyah di daerah Bantul, lalu saya bilang insyaallah pengalaman hari itu akan saya masukkan ke blog. Ya, walaupun sudah agak telat, tapi disini Rona mau berbagi pengalaman thausiyah di daerah Bantul.
Kebetulan yang nelfon memberikan undangan itu guru ngaji saya dulu, tapi sekarang sudah berkeluarga. Silaturahim tetep dijaga dong... Seperti biasa sebelum hari H, Rona selalu menyiapkan isi dan bahan sendiri, biar lebih mandiri. Dan enggak lupa gitarku, Trimbil (temen bonekaku), dan kakakku dengan keyboardnya. Saat-saat tampil seperti ini adalah saat yang wah banget.., bayangkan kita berada di depan orang-prang yang memang berniat untuk melihat,mengikuti, dan memperhatikan kita. Kalo grogi, insyaallah itu udah bukan masalah. Masa-masa grogi itu harusnya udah lewat kan..
Berbeda dengan yang lain, Rona menyampaikan thausiyah dengan entertainment. Itu kenapa saya memberi judul posting ini "Thausiyah dan Entertainer", disinilah uniknya. Setiap thausiyah, Rona berharap yang dateng bukan hanya dapat sedikit kisah-kisah baru yang menambah wawasan (ya walaupun tentunya ilmu Rona sangat sedikit sekali dibanding Bapak Ibu yang menonton) , tapi juga dapat membuat yang dateng kesana jadi senang, terhibur. Jadi penyampaiannya nggak harus tegang, tapi santai, modern, keren, dan up to date!.
Kalo gitar, itu adalah salah satu keunikan lainnya, setiap Rona thausiyah pasti selalu pake lagu, kadang Rona pake gitar sambil nyanyi, kadang nyanyi diiringi kakak. Jangan tanya suaraku ya.. Terutama temen-temen sekolah ni, pasti heran temennya Rona yang lebay itu ternyata nyanyi juga to. Dan kalo pake gitar nama Rona berubah, bukan Rona Mentari tapi Rona Irama!, yaa.., padahal saya bukan penggemarnya.
Nah, kalo trimbil, dia adalah boneka yang selalu aku bawa ketika thausiyah, walopun itu yang nonton orang tua, pasti Rona keluarin. Trimbil adalah teman yang selalu punya masalah sesuai thausiyah yang Rona bawakan, dan dia ini selalu minta pendapat sama Rona dan penonton semua. Dan dia paling malu kalo ketemu temen-temen didepan. Ya ya ya.. lucu sih. Tapi kalo Rona tanya ke hadirin "Trimbil seperti apa ya?" lalu hadirin njawab "Kayak ROna..!", padahal belom dikeluarin tuh. Eh pas dikeluarin semua ketawa, karena Trimbil ini adalah boneka MONYET!, hhaha. Masa' Rona mirip Trimbil...
Satu lagi!, budaya Jawa! itu juga salah satu ciri khas Rona ketika thausiyah. Karena Rona enggak mau budaya lokal tergusur sama budaya-budaya asing yang negatif. Jadi Rona selalu pake suluk wayang setiap penampilan Rona.
Well.., panggung adalah tempat Rona. Ketika Rona sudah diatas panggung, nggak ada lagi yang bisa 'menghentikan' Rona. Dengan segala tingkah polah dan spontanitas2 itu semoga Rona mampu meraih cita-cita ROna sebagai Moslem Entertainer, Duta Indonesia, dan Enterpreneur! Amin..
Terharu juga karena banyak sekali pengalaman yang membuat Rona merasa 'sangat kecil'. Rona banyak menemukan anak-anak dengan berbagai keunikan, subhanallah.. Ayo ayah bunda.., beri wadah untuk anak-anak biar mereka bisa berkembang dan punya cita-cita! Jadi ingat Bunda Neno Warisman, beliau sangat ingin anak-anak Indonesia berkembang tanpa 'disetir' para orang tua. Satu pikiran dengan saya..
Terimakasih buat semua masyarakat yang mendukung dan telah mengundang Rona.. Dari Jakarta, Cianjur, Bandung,Palembang, Bali, Magelang, Bantul, DIY, Aceh, semuanya..! Buat temen-temen sekolah, buat sekolah.. terimakasih dukungannya.. (aku kok kayak habis menang panasonic award sih, hhaha)

Wassalamualaikum..

Berawal dari Pildacil

Subhanallah... Alhamdulillah Allah telah mengijinkanku ikut pildacil 2 sampai Grand Final.

Pildacil ini berbeda jika dibandingkan dengan lomba-lomba yang pernah aku ikuti. Selain bisa dikenal oleh orang, disinilah aku tau kompetisi, kerjasama, ilmu agama yang lebih dalam dan masih banyak lagi. Tapi yang paling penting, dari Pildacil ini aku jadi memantapkan langkahku untuk meraih cita-citaku sekarang ini. Itu kenapa di setiap thausiyahku, saya selalu berusaha menyampaikan dengan cerita, tapi tetap lewat beramar ma'ruf nahi mungkar. Aku ingin sekali mengajak anak-anak muda nggak negative thinking sama ilmu agama. Kesannya terlalu berat lah, terlalu disiplin lah.., dll. Walaupun dengan ilmu yang sangat terbatas ini. Ngomong emang gampang ya, tapi kita harus DO SOMETHING GUYS!
 

Saya juga sama-sama belajar untuk jadi muslim yang baik. Emangnya kalau pernah ikut pildacil terus kita nggak punya dosa? enggak juga, saya masih dalam taraf menjadi, jadi ya msh belajar.

Umm.., tapi, kayaknya kurang tepat kalau aku dibilang dacil sekarang ini, soalnya umurku sudah 16 tahun. Jadi sudah remaja. Hehehe. Kalau dulu waktu pildacil itu aku berumur 11 tahun. Aku mau bagi pengalaman aja waktu di pildacil dulu lewat foto-foto ini... Sekalian buat nostalgia untuk penggemar pildacil dulu.. hehehe *emang ada ya..*
Ini para orang tua finalis pildacil dari kiri ke kanan: Mamaku, Mamanya Rino, Tantenya Yanti, Mamanya Kiki. Lagi pose di depan karantina.
Waktu berkunjung ke rumah Uje.
Berpose andalan di sela-sela kegiatan..
Kiki.., aku sama kiki sengaja bikin pemotretan dadakan nih waktu itu. Aku jadi fotografernya. Kiki ku dandanin sedemikian rupa,inilah hasilnya.. Wahh, kangen kamu ki..!
Waktu thausiyah di luar pildacil. Tapi msh dalam masa pildacil.. sekalian minta dukungan nih.. wkwkkw
Nah, karena udah 3 besar, lativi nawarin kita untuk jalan-jalan. Kita boleh milih lagi. Wah kesempatan nih, nggak boleh di sia-siain. Udah lama saya itu pengen main gokart, jadilah, kita ke redline gokart di Pondok Indah. Walaupun dari anak-anak yang maen aku tok. Tapi kakak-kakak lativi juga seneng balapan.. Yipppii
Nah.., ini 3 besar pildacil 2. Habis masuk 3 besar, langsung konferensi pers dan foto-foto.
Di sela-sela syuting pildacil. Thausiyah d Jakarta.

Ini semua, dukungan-dukungan, waktu grand final. Dan itu mobil lativi yang selalu mengantarkan kita...

Sepertinya cukup untuk pildacil. Tunggu postingan selanjutnya ya.

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers