Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Tentang Kepemimpinan

Bismillahirrahmannirrahim..

Assalamualaikum..
Sahabat, well, saya menulis ini untuk memenuhi syarat essai sebuah program di kampus. Tentang kepemimpinan, dan pas karena juga ada yang request. Jadi... semoga tulisan saya yang bukan siapa siapa ini bermanfaat untuk semua.. :)



Sahabat, pada dasarnya, kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan sebaik-baik pemimpin, awalnya adalah yang mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik. Memimpin hatinya, artinya apa yang ia yakini dalam hati dan ia fikirkan sesuai dengan perkataan dan perbuatannya. Kemudian bisa mengatur hidupnya, artinya ia disiplin dan pandai mengatur waktu. Bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ia hadapi.  

Namun bagi seorang pemimpin di masyarakat, yang memiliki kelompok yang dipimpin, kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya adalah sesuatu yang harus dimiliki. Karena pemimpin seperti ini memimpin pihak lain, bukan hanya untuk dirinya. Ia memimpin sebuah populasi yang berarti ia harus paham karakteristik sifat, kemauan, dan masalah mereka. Karena memahami mereka memerlukan kepekaan itu. Dan tentu, menurut saya seorang pemimpin yang baik adalah yang pernah dipimpin.

Kepemimpinan menurut saya bukanlah siapa yang didepan, tapi siapa yang mampu menggiring. Ibarat penggembala, saat menggembalakan kambing atau bebek misalnya, sang penggembala bukan berada di posisi depan, mudah ‘terlihat’. Hingga terkadang saking asiknya didepan, lupa terhadap gembalanya yang masih ketinggalan jauh. Tidak tahu saat gembalanya ada yang sakit atau ‘diambil’ orang. Tapi sang penggembala berada di belakang. Mendorong gembalanya, mendukung gembalanya untuk terus kedepan. Kalau perlu penggembala memberi ‘asupan makanan’ yang baik agar gembalanya aktif. Dan kalaupun ada yang malas-malasan, penggembala siap memberikan sedikit ‘pukulan’ yang bertujuan agar gembalanya sadar dan terus bergerak. Tapi bukan pukulan yang menyakitkan, pukulan yang membangun. Dan penggembala cepat merespon dan paham jika gembalanya ‘sakit’.

Tapi seorang penggembala akan berada paling cepat di tempat yang paling depan, jika ada bahaya mengancam gembalanya. Ia siap melindungi gembalanya dengan segenap jiwa dan raga. Saya jadi ingat banyak nabi, termasuk Rosulullah SAW yang menjadi penggembala di masa kanak-kanaknya. Sungguh sebuah latihan kepemimpinan yang indah.

Tapi sekali lagi, kepemimpinan bukan soal jabatan yang tinggi, banyaknya populasi yang dipimpin, ataupun kepopuleran. Pemimpin adalah pelayan, fasilitator yang dipimpin. Dan bertindak bukan semata-mata untuk dirinya, tapi untuk kesejahteraan kelompok yang dipimpin.
 
Siapkah menjadi pemimpin? :) Tentu! insyaallah!

 
*Ya Allah jadikanlah perbuatanku lebih baik dari lisanku. Allah Allah Allah..

Wassalamualaikum..

1 komentar:

Asri Alfa August 24, 2012 at 8:30 AM  

thankyou rona, you relize my request. So, i know what's the philosophy behind penggembalaan ternak, dimana bebrapa rasul melewati pengalaman ini.
Nice post:)

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers