Bismillahirrahmannirrahim..
Mau cerita lagi nih. :) Kali ini tentang pengalaman mengisi pengajian di Wellington. Oh iya, FYI, ini adalah dua postingan terakhir tentang perjalanan Wellington. Check this out! :)
Sebelum
berangkat ke Wellington, saya sudah di kontak oleh Pak Agam, anggota Umat
Muslim Indonesia (UMI) di Wellington. Mereka meminta saya untuk mengisi
pengajian di acara pengajian rutinnya UMI. Wow, with pleasure :). Islam memang
menjadi bagian minoritas di New Zealand. Mengisi pengajian di negara minoritas
muslim tentu bakal menarik. Dan alhamdulillah, Allah memberi kesempatan
dakwah ini untuk saya.
Pengajian rutin
hari itu ternyata bertepatan dengan perayaan peringatan Hari Ibu. Jadi masyarakat
Indonesia disana tetap berusaha memperkenalkan ke-indonesia-an kepada anak-anak.
Berangkat bersama Saras, Thalita, dan Bara kami dijemput Pak Agam untuk menuju
ke tempat pengajian. Tepatnya di Otari Park, semacam kebun raya, yang ketika
kita masuk didalamnya, seperti di dalam hutan. Sebelah kiri ada sungai dan di
sebelah kanan pepohonan rimbun. Tempat yang sangat sejuk tapi tertata dengan baik. Di sudut tertentu sudah ada peta-peta dan tempat sampah. Banyak
juga binatang liar seperti bebek dan rusa. Setelah berjalan bagai menyusuri
hutan, sampailah kami ke sebuah halaman besar berhamparan rumput hijau dengan
atap langit biru cerah. Terdapat beberapa spot barbeque dan satu spot beratap
tempat berteduh.
Anggota UMI sudah mulai berkumpul. Sambil menunggu anggota lain, saya dan teman-teman berkeliling. Anak-anak sedang asyik bermain di sungai. Dan wow! Airnya dingin luarbiasa. Karena ini tempat umum, beberapa kelompok masyarakat juga sedang memanfaatkannya. Beberapa spot barbeque dipakai.
Beberapa saat
setelah cukup banyak yang berkumpul, acara pun dimulai. Santai saja lesehan.
Diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh salah satu anggota UMI.
Luar biasa bacaan Qurannya. Beliau adalah seorang anggota TNI AU yang dikirim
untuk menempuh pendidikan di NZ.
Yang jadi
pembawa acara hari itu adalah Pak Budi, seorang penggiat gamelan dan budaya
jawa di NZ. Dan tiba giliran saya kedepan. Well, audiens hari itu beragam, dari
orang tua hingga anak-anak. Saya memulainya dengan mengajak bersholawat
bersama. Beberapa kisah saya sampaikan. Berinteraksi dengan anak-anak, sharing
bersama. Di akhir thausiyah, dengan gitar kecil yang sengaja saya bawa dari
Indonesia, kami bernyanyi bersama, Tombo Ati, untuk mengingatkan kami kembali
tentang obat hati. Saat menyanyikan Tombo Ati dalam bahasa Indonesia, hanya
sedikit yang mengikuti. Tapi uniknya, ketika saya menyanyikannya dalam bahasa
jawa, justru UMI dengan kompak mengikuti. Terutama ibu-bapaknya. J hehehe
Belum selesai sampai disitu, acara di Otari Park dilanjutkan dengan aktivitas mencuci kaki ibu. Selain untuk memperingati hari ibu, aktivitas ini juga saya rasa sangat mampu untuk menumbuhkan rasa bakti pada orangtua kita, terutama ibu. (eits, untuk para bapak dan bapak wanna be, jangan iri ya, lagi hari ibu itu soalnya. hehe)
Aktivitas ini menurut saya sangat konkret! Patut ditiru. Dengan membawa
ember dan gayung masing-masing dari rumah, ibu duduk berjejer di kursi. Lalu
anak-anak mencuci kaki ibunya dengan air dan sabun yang ada di ember. Saya
membayangkan bagaimana pandangan
masyarakat lain disana tentang Islam jika aktivitas pengajian rutin yang
dilakukan seperti ini. UMI menjadi agent of muslim yang baik disana.
Kembali ke
aktivitas tadi, sesekali Sang Ibu mengkibas-kibaskan kakinya. Maklum udara yang
dingin dibasug air tentunya amat dingin ketika menyentuh kulit. Ada
juga yang menyuapi ibu nya. Benar-benar hari ibu deh.
Kegiatan itu
dilanjutkan dengan makan bersama dan games keluarga yang tak kalah serunya.
Dan kegiatan hari itu diakhiri dengan pemilihan anggota baru UMI.
Bertemu dengan
saudara satu rumpun dan satu iman di luar negeri memang luar biasa
membahagiakan. Seperti bertemu dengan saudara sendiri. Kami sharing, berbagi
cerita tentang kehidupan muslim disini. Dan, saya pun belajar banyak dari
mereka. Terimakasih Pak Agam dan keluarga, Pak Gufron dan Tante Atin, Pak Budi
dan Tante Wiwin, Mba Anik, dan semua UMI di Wellington. Semoga kita bisa
bertemu lagi nanti. Dan lebih kekal tentunya, bertemu di Syurga-Nya, Allah. Amin,
insyaallah.