Duhai
Ummi
Lihatlah
ini
Lalu
lihatlah mataku
Seraut
wajah nan belum tergores
Sepucuk
tatapan harapan abadi
Menanti
belaian bunga-bunga
Dari
lembutnya telapak tanganmu
Dari
indah nya tutur katamu
Seindah
isi firman di kitab ini
Duhai
Ummi
Kau
kan hidup di waktu datang
Saat
yang bagiku masih jadi tanda tanya
Apa
gerangan yang kan menghadang
Kau
pun tak tahu duhan ummi
Kita
hanya mampu bertanya
Dan
menyapa selamat datang
Wahai
masa depan
Duhai
Ummi
Meski
jalanan masih gelap
Meski
ummat masih terlelap
Alquran
di tanganku ini
Adalah
pembela yang suci
Duhai
Ummi
Bukalah
dadaku
Isilah
dengan tutur katamu
Masukkan
nilai fitrahku
Ajarkan
kepadaku
Apa
arti bisikkan Rabb-ku
Abdullah, Jogja 22 Okt 2003
(Terkaget-kaget saat menemukan kertas puisi lecek ini di tumpukan berkas saya. Masih dalam kondisi yang sama saat saya gunakan dulu. Ini adalah puisi yang saya bacakan saat mengikuti lomba baca puisi di UGM antar SD se DIY. Saya pulang membawa piala juara 1 dan tentunya, sepucuk senyuman hangat dari Umi-ku, yang sebenarnya)
(Terkaget-kaget saat menemukan kertas puisi lecek ini di tumpukan berkas saya. Masih dalam kondisi yang sama saat saya gunakan dulu. Ini adalah puisi yang saya bacakan saat mengikuti lomba baca puisi di UGM antar SD se DIY. Saya pulang membawa piala juara 1 dan tentunya, sepucuk senyuman hangat dari Umi-ku, yang sebenarnya)