Mendongeng di Sydney (bag 3)
Beruntung! Walaupun akhirnya saya
berangkat sendiri, ada teman baik yang sudah menunggu dan siap untuk direpotin
di Sydney. Septa namanya, temen dari SMA yang pas banget lagi kuliah di Sydney.
Setidaknya, Septa yang akan menuntun jalan saya yang nggak tau apa-apa soal
Sydney. Sekaligus bisa numpang nginep di flat nya.
Saya sendirian dalam
perjalanan ke Sydney, dianter Bunda Tatty Elmir saat itu ke bandara Jakarta.
Bunda juga bantu menyiapkan beberapa hal terkait pakaian, makanan, dan
wejangan-wejangan buat anak ketemu gedenya ini yang belum pernah jalan
sendirian ke luar negeri.
Perjalanan lancar saja. Sok
tenang walaupun sebenernya ketar-ketir. Transit bentar di KL terus lanjut
direct flight ke Sydney. Perjalanan lumayan ngebosenin karena pake maskapai low
cost tanpa hiburan di kursi. Tapi nggak papa. I’m on my way to tell a stories
in Sydney! There is nothing more amazing than this!
Perjalanan lancar saja. Mulai
ketar ketir lagi saat sampai bandara Sydney, ada anjing pelacak lah, security
check super ketat lah, sampai kekhawatiran ngga langsung nemu Septa nanti di
Bandara. Tapi kekhawatirannya ndak lama, setelah lolos dari anjing pelacak.
Septa sudah stand by di pintu keluar. Dan yeay! Kami heboh bertemu di bandara.
Alhamdulillah! Dimulailah petualangan kami di Sydney.
Septa sudah menyiapkan kartu multitrip untuk semua angkutan umum massal yang akan saya pakai selama di Sydney. Jadi langsung naik bis deh ke arah flat nya di Randwick. Randwick ini ternyata terkenal sama horse racing nya. Sayang nggak sempet liat pertandingannya selama disana :(
Sampai di flat Septa, saya mengeluarkan bekal terberat *seriusan berat*. Apa itu? Koin dollar! Berapa jumlahnya? 400 dollar! Haha, jadi salah satu saudara saya memberi bekal uang 400 AUD tapi dalam bentuk koin. Septa sampai geleng-geleng kepala. Tapi jangan khawatir, tetap berlaku disana.
"Kita ke bank habis ini, kita tuker pake uang kertas aja", kata Septa.
Setelah kita hitung manual di rumah, dibawalah koin-koin itu ke bank. Ada mesin otomatis yang menghitung. Kita tinggal masukin aja ke mesinnya dan biarkan mesinnya memakan koin-koin kita. Keluar deh jumlahnya dalam bentuk kertas. Baru kita tukarkan di teller.
"darimana kalian dapat koin sebanyak ini?", kata teller nya keheranan.
"hadiah dari saudara", kata kami sambil tertawa.
Yeay alhamdulillah, pulanglah kami dengan tambahan uang di kantong.
2 komentar:
Terimaksih banyak untuk responnya nanti ka
Perkenalkan ka saya Via. Saya pendongeng asal cirebon yang mengawali karir saya dari lomba story telling.
Sejak sd saya mengikuti ajang2 story telling dongeng sunda dan bahasa lainnya.
Skrg saya sedang menempuh studi saya di ugm memasuki semester 4.
Jikalau kaka berkenan bolehkah saya mengenal kaka lebih jauh lagi? Saya ingin sekali bisa berkolaborasi untuk menularkan seni dongeng ini
Post a Comment