Bismillah,
Sahabat, sekitar bulan Januari 2012 lalu, saya bersama tim Arrahman Quranic Learning Center mengadakan perjalanan dakwah safari tadabbur dan waqaf Quran di Bali-Lombok-Sumbawa. Sebagai seorang yg hobi travelling dan berobsesi keliling nusantara, tentu perjalanan ini begitu bermakna. Bukan hanya menikmati indahnya ciptaan Allah berupa panorama disana, tetapi juga sebuah amanah yang diemban tim Arrahman tentang sebuah misi dakwah penyebaran Quran. Hari pertama di Sumbawa, kami menyempatkan diri ke pasar tradisional setempat. Berikut kisahnya :)
Udara pagi tersenyum, menyapa kami di pagi pertama Sumbawa.
Brangbiji, adalah daerah dimana kami singgah untuk beberapa hari kedepan. Pagi
ini kami berencana untuk sarapan dan menikmati pagi di pasar terdekat.
Alhamdulillah, angkot biru yang disopiri penduduk asli bersedia mengantarkan
kami ke Pasar Gede Sumbawa, pasar induk disana. Keramaian khas pasar
tradisional sudah terlihat didepan. Sepertinya, itu Pasar Gede yang kami
maksud. Ternyata benar, Pak Sopir memberhentikan mobilnya, dan kami pun turun,
bersiap menelusuri pasar ini.
Awalnya, saya terpukau dengan beragamnya hasil laut yang
dijual disana. Terlihat masih segar. Bahkan salah satu yng dijual adalah ikan
kerapu macan, salah satu ikan yang terancam punah. Kak Shindi iseng bertanya
harga ikan tersebut. “Tiga puluh ribu rupiah,” kata ibu penjual menyatakan
harga ikan tersebut.
Seperti kebanyakan pasar tradisional, tawar menawar menjadi
hal yang wajar. Logat khas daerah pun terdengar dalam tiap transaksi. Dan
makanan khas memang sengaja dicari untuk kami sarapan pagi ini. Penjual disana
ramah-ramah, masyaallah, walaupun kami berada nun jauh dari rumah, tapi
keramahan warga disana membuat kami merasa ada di rumah sendiri.
Kami tertarik dengan Ibu-ibu yang menjual hidangan ketan
kuning yang diberi suwiran daging sapi berbumbu. Hanya 2000 rupiah. Unik dan
enak. Ini hidangan yang khas di Sumbawa. Kalau biasanya kita sarapan dengan
nasi kuning, kali ini ketan kuning. Rasanya jangan ditanya, nikmat! Apalagi
ditemani teh hangat yang dijual oleh warung disebelahnya. Ibu penjual ini juga
asli Sumbawa, ia seorang Ibu berumur 50 tahunan yang masih segar bugar. Bu
Haji, begitu ia akrab dipanggil. Sepertinya ibu ini sudah haji, alhamdulillah.
Maha besar Allah, dengan hasil berjualan makanan di pasar dengan lapak yang
tidak besar, ternyata Ibu tersebut bisa mengumpulkan pundi-pundi untuk berhaji.
Ya, ia telah menjadi tamu Allah.
Kembali di Pasar Gede, kami juga menemukan makanan-makanan yang unik. Lebih tepatnya baru kita temui. Yaitu pisang mas berwarna merah. Bentuknya sama, tapi warnanya yang berbeda. Kemerah-merahan. Rasanya? Sama seperti pisang pada umumnya. Kami juga menemukan jagung manis yang sudah dikukus sampai mengeluarkan semacam cairan lengket mirip lendir. Eh tapi jangan jijik dulu, ini enak dimakan, dan halal.
Setelah berkeliling dan sesekali ngobrol dengan para
pedagang, kami meninggalkan pasar dengan dokar mini yang kami sewa. Tak tik tok
tak tik tok suara tapal kuda memulai langkahnya.
Allah berfiman dalam Surat Al Hujurat ayat 13 “Sesungguhnya Allah
menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan Allah
menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian saling
mengenal”
0 komentar:
Post a Comment