Bismillahirrahmannirrahim
Hatyai sepertinya punya
cukup banyak komunitas muslim. Saya beberapa kali melihat masjid dengan
kerumunan perempuan berjilbab dan laki-laki berkopiah disekitarnya. Walaupun,
saya juga dengan mudah menemukan gerobak penjual makanan berisi kepala babi
digantung-gantung di pinggir jalan. Horor juga lihat kepala babi ini.
Bukan apa-apa, lihat babi aja jarang, eh ini malah lihat lima kepala babi
digantung dengan mata merem. *yaiyalah masak matanya melek, lebih horor lagi*
Haha. Tapi artinya, poinnya adalah, toleransi beragama masyarakat Hatyai
terpelihara baik. Karena masyarakat Islam dan bukan Islam berdampingan dengan
baik.
Saat itu saya dan kakak
berjalan menyusuri jalanan Hatyai, hingga kami menemukan sebuah bangunan
berkubah. Kami mendekat. Benar dugaan kami, itu adalah bangunan sebuah masjid
yang dominan warna hijau. Mungkin itu masjid NU (loh!) *canda. Oke! Ini waktu
yang tepat untuk kami sholat dan istirahat.
Tentang traveling ke
tempat yang minoritas muslim, menurut saya, masjid adalah sebuah patokan.
Karena bisa dipastikan di sekeliling masjid terdapat banyak makanan halal. Sama
juga seperti di Hatyai. Makanan halal bertebaran di sekeliling masjid. Jadi
tidak usah khawatir. Dari situ kita bisa beli makan berlebih untuk disimpan di
kotak makan. Seperti yang saya dan kakak lakukan. Kami membeli makanan untuk
dibawa pulang. Mumpung halal. Sampai di hotel, kami akan meminjam microwave
hotel untuk memanaskan makanan. Praktis.
Kembali ke masjid. Kami
sempat melepas lelah dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Duduk-duduk di bawah
pohon yang ada di pelataran masjid sambil menunggu kakak saya menyelesaikan
tilawahnya. Sebelum keluar masjid, foto dulu lah buat kenang-kenangan. Cekrek!
(Rona
Mentari)
1 komentar:
Waah, backpackeran mbak? Pengeeen
Post a Comment