Belum lama saya datang ke acara tahunan yang diadakan sebuah organisasi
profesi. Acara tahunan ini selalu didatangi anggota organisasi dan
keluarganya. Otomatis banyak anak-anak di acara ini. Panitia sengaja
menyiapkan banyak hadiah untuk anak-anak yang hadir dalam sebuah kuis.
Seperti biasanya, anak-anak yang mau dapet hadiah, diminta maju kedepan.
Ada sekitar 15 anak yang maju. Ramai sekali. MC meminta anak-anak
menyanyi lagu Balonku. Yang bisa, dapet hadiah. Anak-anak maju kedepan beramai ramai. Diiringi sorak sorai keluarga. Pemain organ memainkan instrumen Balonku. Beberapa anak mulai menyanyi. Beberapa celingukan. Beberapa senyam senyum menahan malu.
Lalu muncul suara diantara penonton.
"Lagunya ngga ada yang lain?" katanya.
"Udah ngga jaman
lagu Balonku buat anak-anak. Goyang Mujaer aja!", sahut yang lainnya.
Pemain organ yang sudah memainkan instrumen Balonku diminta berhenti
oleh MC.
"Ganti deh lagunya, yang bisa goyang, nanti langsung dapat hadiah!", kata MC.
Pemain organ menghentikan instrumen Balonku dan menggantinya dengan sebuah instrumen dangdut koplo. Katanya sih judulnya Goyang Mujaer. Semua penonton pun bersorak.
Anak-anak jadi semangat karena sorak penonton. Mereka bergoyang-goyang.
Walaupun ada juga yang malu-malu. MC langsung memberi hadiah kepada anak yang
mau bergoyang.
"Nahh tuh kann pada mauu goyangg", ujar salah seorang
penonton.
MC membagikan hadiah kepada si anak yang mau bergoyang goyang dangdut.
Beberapa anak nggak dapet hadiah karena mereka nggak mau bergoyang.
Huuh..
Saya menarik nafas panjang. Udah nggak jaman ya, ada anak nyanyi lagu anak?
Lah, gimana mereka semangat nyanyi lagu anak, kalau yang diputer semua lagu dewasa? Mereka jadi tak punya pilihan lagu anak.
Gimana mau seneng nyanyi lagu anak, kalau kita aja nggak mendukung? Padahal jelas, mereka perlu dukungan kita untuk itu tetap berada di dunianya.
........
Jadi ingat beberapa kejadian yang seringkali saya lihat. Apa itu?
Sebuah pertunjukan dangdut dengan penyanyi berpakaian minim. Dan tebak
siapa penonton yang ada di baris depan? Anak-anak.
Sedih.
Saya nggak nyalahin dangdut. Tapi kalau cara dan penempatannya nggak sesuai, tentu berbahaya. Sedihnya, saat berada di situasi itu, justru kita
seringkali membiarkan.
......
Kembali ke acara tadi, akhirnya saya bertepuk tangan untuk mereka.
Anak-anak yang memilih tidak mendapat hadiah. Tetaplah bernyanyi lagu
anak, sayang
Lagu Anak Goyang Mujaer?
Diposkan oleh
ronamentari
at
Thursday, February 2, 2017
Label: kisah - cerita - dongeng
1 komentar:
Bener banget mbakk. Aku setuju :( ijin share ya mbak :)
Post a Comment