Sempet kebingungan awalnya, duit
yang dibutuhkan nggak sedikit. Jual hengpong jadul saya kalo dilipatgandakan
jadi 50 kali juga nggak bakal cukup. Terus tiba-tiba inget saat usaha cari
dana buat ke NZ dua tahun sebelumnya, sampe ngamen-ngamen segala. Eh tapi pada
akhirnya dapat juga. Allah memang mau liat usaha kita. Yaudah, yakin aja bisa.
Sekarang waktunya usaha.
Pertama, lapor dulu sama
keluarga, biar mereka ikut bantu dukung dan doain. Ohya, di masa seperti ini,
jejaring pertemanan sangatlah penting. Bukan hal yang tidak mungkin kalau
ternyata misal, kita dapat bantuan dari kakek, paman, istri, tetangganya teman
kamu! Misalnya.
Akhirnya dibuatlah proposal
sebaik mungkin berbekal acceptance letter dari committee-nya Sydney
International Storytelling Festival. Saat itu saya bikin bareng kakak. Kami
berencana berangkat bertiga. Ngajuin kemana-mana. Pakai jejaring pertemanan.
Banyak yang respon dan berniat bantu. Setidaknya kasih informasi kontak bagian
terkait sponsorship. Usaha aja. Papa juga ikut bantu, terutama bantu meyakinkan
saya kalau insyaallah bisa dapat, yang penting usaha. Walaupun ketar ketir juga
karena waktu makin dekat. Belum bikin visa, belum kalau tiketnya naik terus.
Ternyata dari jejaring
pertemanan, ada satu perusahaan tempat teman saya bekerja yang merespon
baik proposal saya. Ia bekerja di salah satu anak perusahaan Pertamina - Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Melalui teman tersebut, saya dihubungkan dengan bagian
terkait yang ternyata juga menyambut baik proposal ini. Beberapa kali berbalas
email dan ngobrol tentang beberapa kesepakatan, PHE ONWJ akhirnya memutuskan
memberi saya sejumlah dana. Wow! Senang sekali! Alhamdulillah! Jumlahnya memang belum menutup
total biaya, tapi ini jadi suntikan semangat untuk berjuang cari dana penuh.
Akhirnya nggak kerasa sudah sekian waktu berlalu,
belum ada progres lagi terkait dana walau sudah prospek kesana kemari. Makin ketar ketir dong. Hingga akhirnya Papa telfon. Ternyata ia baru saja bertemu dengan Pak Dirjen Kebudayaan yang saat itu dijabat Pak Prof. Kacung Marijan, Ph. D secara tidak sengaja pada sebuah acara.
Papa yang teringat anaknya
lagi berjuang terseok-seok buat dapet dana untuk bisa mendongeng tentang
Indonesia di luar negeri ini, kemudian sempat ngobrol dengan dengan Pak Kacung Marijan.
Dari obrolan singkat tersebut,
tanpa diduga, Pak Dirjen memberikan jalan untuk saya dapat berangkat mendongeng
ke Sidney melalui dana dari dirjen kebudayaan Republik Indonesia. Pak Dirjen
tau ada anak bangsa yang ingin mengharumkan nama negara melalui dongeng di luar
negeri. Ia tahu gimana pentingnya dongeng dalam kehidupan tutur bangsa ini. Dia
kasih kesempatan. Senang sekali!
Setelah mengikuti prosedur
birokrasi dan bolak-balik ke kantor dirjen, dana untuk mendongeng di Australia akhirnya
cair. Saya akan berangkat sendiri karena dirjen kebudayaan hanya membiayai
kebutuhan saya. Tentu tak masalah jika dibandingkan dengan pilihan tak jadi
berangkat. Alhamdulillah! Saya pun bersiap!
Bersambung
0 komentar:
Post a Comment