Rona Mentari

tell a story, reap a wisdom

Mereka Bernama "Forum Indonesia Muda"

Assalamualaikum.
Salam Indonesia

Saya bingung harus mulai dari mana menceritakan ini semua. Ya, sebuah pengalaman yang luar biasa, sampai tangan ini terlalu berhasrat untuk menuliskannya. Secuil kisah kehidupan antar manusia.
Jam menunjukkan hampir jam dua belas malam saat aku memulai menulis ini. Masih hangat dalam pikiranku. Aku memang ingin cepat-cepat menuliskannya. Kami pergi bertiga, aku, Indah, dan Kak Mariyo. Ya, Kak Mariyo, guru teaterku mengajak untuk ikut dalam sebuah acara pementasan di Bandung. Sebuah bedah buku berjudul ‘Keydo’, yang ditulis Ibu Tatty Elmir, atau biasa dipanggil Bunda. Kami bertemu Bunda di ITB. Dengan beberapa mahasiswa yang pada akhirnya aku tau kalo itu anggota Forum Indonesia Muda (FIM), sebuah organisasi yang awalnya aku anggap biasa saja. Bunda yang bergaya nyentrik dengan tutup kepala khasnya membimbing mereka untuk bermain musik dan bernyanyi. Ada gitar dan jimbe yang dimainkan.

Wah, sepertinya asik. Aku yang membawa gitar ternyata diikutkan bersama mereka. Aku ikut saja. Beberapa saat memetik gitar, asik juga.
Kami berlatih lagu Bento, lagu daerah Aceh, dan beberapa lagu lain yang aku baru tahu saat itu juga. Setelah berlatih gitar sekenanya bersama Dira, seorang teman yang baru aku kenal juga disana, kami bersiap pergi ke tempat acara. Islamic Book Fair di Landmark, Braga. Buku Keydo ini diterbitkan oleh mizan yang sedang pameran disana. Dan kami mulai Jamming Session itu. Mengawali acara bedah buku Keydo dengan lagu Bento. Ini baru namanya main musik! Ketika aku memainkannya, maka aku menikmatinya. Kami mengakhiri diskusi buku Keydo dengan lagu Cintaku dari Crishye yang diikuti tarian oleh semua anggota FIM yang datang dan beberapa penonton. Sebuah akhir dari rangkain diskusi buku Keydo karangan Bunda.
Setelah itu kami diajak oleh panitia (FIM) untuk makan bersama di kantin ITB. Disini aku menganga dalam kekaguman. Kepada seorang Bunda dan Suaminya. Merekalah yang mendirikan FIM. Awalnya aku berpikir, FIM adalah organisasi yang bermuatan politik, karena ada banyak organisasi disekitarku yang seperti itu. Tapi aku salah. Ini bukan soal kepentingan-kepentingan atau tentang tikus-tikus yang lapar. Bunda dan suami mendirikan organisasi ini dengan niat kebenaran yang tulus. Aku bisa merasakan itu. Awalnya mereka hanya berpikir untuk membuat FIM 1, tapi subhanallah, kebenaran pasti ada jalannya, FIM
sudah sampai pada angkatan 10. Bunda dan Suami orang-orang hebat. They all ROCK!

Baru sedikit dengar kanan kiri, ternyata Bunda seorang jurnalis, beliau bisa bermain musik, dan dia pernah magang di VOA. Ya, salah satu tempat yang ingin sekali aku bergabung didalamnya. Dalam suasana malam yang akrab di kantin ITB itu, sekali lagi aku kagum melihat mereka. Juga orang-orang yang tergabung dalam FIM. Orang-orang FIM bukan orang biasa. Mereka punya passion yang lebih dalam memperjuangkan kemajuan bangsa. Anak-anak di FIM membuatku kagum. Aku jadi malu dengan diriku sendiri. Aku seperti diingatkan oleh mereka. Tapi tidak dengan ucapan. Hanya dengan apa yang mereka lakukan. Subhanallah. Terimakasih kawan.

But more than it, I just inspired! 

Wassalamualaikum

Total Pageviews

Tentang Saya

My photo
Yogyakarta, Sleman, Indonesia
Seperti mentari yang merona-rona. Mungkin itu alasan sekaligus harapan orang tua saya memberi nama Rona Mentari. Saya adalah juru dongeng keliling. Storytelling Activist. Dongeng menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan saya. Salam kenal! Mari bersilaturahim juga via instagram di @mentarirona

Tentang Blog Ini

Blog ini adalah catatan tulisan berdasarkan pengalaman, cerita, karya, dan berbagai cerita penulis - Rona Mentari. Kadang juga berisi celotehan kekesalan berbentuk puisi atau sekedar kegundahan tentang sekitar.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Followers