Bismillahhirrahmannirrahim..
Sahabat, Bromo adalah tujuan akhir dari perjalanan kami saat itu. Ini dia ulasannya.
Setelah menempuh perjalanan darat dari
Malang ke Probolinggo, dilanjutkan naik travel alias bison ke Bromo, sampailah
kami di kawasan Suku Tengger itu. Suhu nya dingin luar biasa! Sekitar 7
derajat. Karena sampai malam hari, kami langsung mencari tempat menginap.
Bersama rombongan lain, kami menyewa satu rumah penduduk. Alhamdulillah.
Esok pagi, jam setengah 4 shubuh, kami
sudah harus bersiap-siap. Jeep yang kami sewa sudah siap untuk memberangkatkan
kami ke penanjakan. Tempat dimana kami bisa melihat Semeru dan Bromo saat
matahari terbit. Kali ini lebih dingin, baju pun berlapis-lapis. Perjalanan
sekitar 30 menit dengan Jeep hingga sampai di tempat tujuan pertama. Ada juga
yang jalan kaki. Hebat! Mengingat kabut, gelap, angin, dan dinginnya udara
luar.
Sampai sana matahari belum menyapa. Alhamdulillah
kami tidak terlambat, dan waw! Sudah banyak turis disana, menunggu datangnya
Sang Mentari. Kalau dilihat dari jumlahnya, jumlah turis asing lebih banyak
dari pada turis lokal. Katanya, memang saat kami datang adalah high season nya untuk turis asing. Kami
menunggu beberapa saat, masih gelap, mencari tempat terbaik untuk menikmati
pertunjukan alam ini. Dan malu-malu, matahari mulai muncul, menyapa kami, ramah
dan hangat.
Awalnya, muncul cahaya kebiruan yang
diikuti warna oren terang. Gradasi lukisan alam yang indah. Masyaallah.
Matahari memang belum tampak, tapi ia pamer dulu dengan sinarnya. Membuat kami
makin tak sabar. Pohon, menara-menara pemancar terlihat seperti siluet dari
balik cahaya gradasi itu. Turis asing tak segan merekam tiap perubahan
cahayanya. Dan puncak-puncak gunung mulai terlihat, Allahuakbar. Cahaya mulai
menerangi pagi ini. Beberapa turis bertepuk tangan melihat keindahan alam yang
luar biasa ini. Matahari kali ini menyapa, lebih dekat, menghangatkan. Puncak Gunung
Semeru dan Bromo memamerkan kegagahannya. Dan kami pun seperti sedang berada
diatas awan. Bahkan lebih tinggi dari gunung-gunung itu. Tapi tidak lebih
tinggi dari mimpi-mimpi kami tentunya.
Setelah cukup menikmati munculnya
matahari dan pagi mulai terang, kami menuju ke Gunung Bromo. Jeep di parkir
ditempatnya, dan kami harus berjalan menuju puncak bromo. Jaraknya cukup jauh,
ditambah berat karena kita berjalan diatas pasir, tapi pemandangan di depan
mata membayar lunas semua keletihan itu. Puncak Bromo sudah semakin dekat. Dan
penawar jasa sewa kuda telah beberapa kali menawarkan jasanya. Dari harga 75
ribu sampai 10 ribu, karena puncak Bromo sudah semakin dekat. Tapi kami
menolak, tubuh kami masih cukup kuat. Sampai di anak tangga. Ini adalah pendakian
terakhir sebelum sampai di puncak Bromonya. Sudah ada anak tangga disana.
Ratusan anak tangga kami daki, lebih berat karena kemiringannya pun makin
besar. Beberapa kali menepi istirahat. Hingga sampailah kami di puncak Bromo,
bahkan kami bisa melihat dengan jelas kawah Bromo nya. Saya jadi ingat sebuah
quotes dari Dag Hammarskjold, jangan mengukur tinggi sebuah gunung sebelum kamu
mencapainya, karena ketika nanti kamu telah mencapainya, kamu akan berpikir
betapa rendahnya gunung itu.
Saya segera mencari posisi nyaman.
Duduk di pinggir kawah, menikmati keberhasilan kecil ini. Melihat kawah Bromo
yang menganga lebar, pemandangan yang masyaallah indahnya, dan melepas lelah
yang menjalar. Subhanallah.. walhamdulillah.. walaailahailaallahu allahuakbar..
.................
.................
.................
Saatnya kami turun. Kali ini lebih
cepat dari pada saat mendaki, jelas. Menuju ke jeep lagi, melanjutkan
perjalanan selanjutnya. Ke tujuan terakhir di bukit savana, atau orang biasa
menyebutnya dengan bukit teletubbies. Melewati hamparan pasir, anyelir, alang-alang,
hingga sampailah kami ditempat ini. Pegunungan hijau menghampar luas. Benar
saja kalau orang-orang bilang bukit teletubbies. Dan masyaallah indahnya. Langit
bersih yang biru terang dengan awan-awan putihnya. Seandainya punya rumah di
kawasan seperti ini. :D
Dan inilah penghujung perjalanan kami
di tempat indah, Bromo. Alamnya terukir seperti dalam kisah di dongeng-dongeng.
Indah. Kami pun menyebutnya, Negeri Dongeng, Bromo.
Alhamdulillah
1 komentar:
bener2 negeri dongeng mba....haha
Post a Comment